Mancanegara

Setelah Cina Menguasai Pelabuhan Piraeus di Yunani

Setelah Cina Menguasai Pelabuhan Piraeus di Yunani
Setelah Cina Menguasai Pelabuhan Piraeus di Yunani/Foto: news.gtp.gr

NUSANTARANEWS.CO – Setelah Cina menguasai pelabuhan Piraues, Amerika Serikat (AS) dan Yunani segera memperbaharui perjanjian pertahanan kedua negara yang telah berlangsung sejak tahun 1990. Washington tampaknya telah mengembangkan strategi geopolitik baru untuk melawan ekspansi merkantilisme Cina di Yunani, Mediterania, dan Eropa. Protokol keamanan itu ditandatangani oleh menteri luar negeri Mike Pompeo dengan menteri luar negeri Yunani Nikos Dendias di Athena pada 5 Oktober 2019 – tidak jauh dari pelabuhan Piraeus yang menjadi pintu gerbang utama perdagangan Cina di Barat.

an AS-Yunani terbaru ini telah memberikan AS akses peningkatan pemanfaatan fasilitas angkatan laut Teluk Souda di pulau Kreta. Di bawah perjanjian itu, AS juga akan melakukan transfer teknologi drone, dan pembangunan fasilitas militer baru bagi angkatan laut dan udara di Alexandroupoli – sebuah kota yang berlokasi strategis di bagian timur laut Yunani.

AS kini berupaya lebih komprehensif untuk menangani banyak negara yang meminta bantuan setelah menghadapi masalah ekonomi dan keamanan akibat proyek-proyek Cina. Langkah AS di Yunani ini merupakan tantangan langsung terhadap ekspansi Cina ke Eropa yang merupakan lapak dagangnya. AS tampaknya harus bekerja keras melakukan pendekatan baru terhadap empat negara Mediterania: Italia, Montenegro, Makedonia Utara, dan Yunani.

Baca Juga:  BRICS: Inilah Alasan Aliansi dan Beberapa Negara Menolak Dolar

AS memprovokasi risiko melakukan bisnis dengan Cina, bahwa negara-negara perlu melindungi kepentingan mereka dari ancaman bahaya Partai Komunis Cina yang muncul dalam bentuk investasi sebagai upaya penaklukan secara ekonomi yang pada gilirannya dapat mengancam keamanan suatu negara.

Dengan membangun jaringan maritim global, Cina sebenarnya telah merekayasa logika penaklukan dalam bentuk soft power. Kehadiran global Cina dengan pengaruh ekonomi dan politik substansinya sama saja dengan era penaklukan militer dan kolonialisme pada beberpa abad lalu.

Dewasa ini, jaringan pelabuhan Cina telah mengelilingi dunia, dan Piraeus telah menjadi pintu gerbang utama Cina ke Eropa setelah pada tahun 2016, COSCO Shipping, perusahaan milik negara Cina memperoleh kendali mayoritas atas perusahaan pengelola pelabuhan yang memperoleh konsesi dari pemerintah Yunani.

Ambisi Jalur Sutra Maritim Baru Cina adalah membangun jaringan operasi ekonomi modern yang terglobalisasi. Jaringan fisik terintegrasi adalah aset keras ekonomi global yang strategis, seperti aset infrastruktur, mobil, truk, kereta api, dan kapal laut, hingga pembangkit energi dan transmisi.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Dengan menguasai pengoperasian pelabuhan tentu akan memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu pemerintahan setempat. Bayangkan bila suatu negara mengoperasikan ratusan pelabuhan strategis serta aset bergerak yang menghubungkannya. Otomatis situs-situs tersebut akan menjadi simpul jaringan fisik yang dapat memberi pengaruh lebih besar daripada kendali atas teknologi digital yang hanya sekedar informasi data barang yang mengalir melintasi sirkuit.

Pelabuhan adalah fasilitas unik yang berharga yang menghubungkan aset seperti kapal dan kereta api, mengubah bisnis yang tampaknya berbeda menjadi sistem logistik yang terintegrasi melalui sirkuit komputer.

Cina rupanya memahami betul arti jaringan hubungan aset keras ini dengan dunia digital sebagai platform kekuatan geopolitik. Cina juga tampaknya telah menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan milik negara di sektor pengapalan, pelabuhan, energi, dan transportasi kemungkinan besar akan memerlukan modal untuk membangun atau memodernisasi infrastruktur ekonomi yang menua di sepanjang pantai Mediterania Uni Eropa.

Inilah yang dilakukan Cina terhadap COSCO yang mengoperasikan pelabuhan Piraeus di Yunani pada 2016. Setelah delapan tahun melakukan investasi, akhirnya Cina berhasil menguasai mayoritas saham perusahaan. Dengan mengambil kepemilikan pelabuhan komersial dan jaringan infrastruktur terkaitnya, Cina berhasil membuka pintu ekspornya ke Eropa. Tambahan investasi sebesar US$ 800 juta akan membuat perusahaan pelayaran Cina menjadi pemain utama dalam urusan politik dan ekonomi Yunani.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Karena hal itulah tampaknya yang mempengaruhi Yunani sehingga memboikot resolusi Uni Eropa yang kritis terhadap kekerasan hak asasi manusia Cina di Uighur. Posisi COSCO di Piraeus kini telah menjadi duri di Uni Eropa. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,073