Puisi Maulidan Rahman Siregar
NABI-NABI BARU
lihat selengkapnya
nabi-nabi baru muncul di beranda
menjual apapun yang murah laku
agama, misalnya, harga diri yang
kedua
lihat selengkapnya
setiap hari, selalu ada yang mati
tapi, tapi, setiap hari juga ada
yang mulai bertunas, mulai mengganas
dijualnya kata-kata, yang sebenarnya dia
juga pinjam dulunya,
dibilangnya kuat-kuat,
“tuhan sudah mati, tuhan sudah mati,
lihat, lihat! Aku menulis tuhan dengan
huruf kecil. Baca, baca! Aku menulis tuhan
dengan huruf kecil.”
Aku sudah mengantuk
saat komputer, dan artis dangdut telanjang
di dalamnya, berkata,
“lihat orang jangan dari luarnya,
harus tahu dalamannya.”
Ketaping, 08 November 2016
PALESTINA DI TIVI
belum juga ada kabar yang jelas, bahwa
Tuhan yang kalah di gaza, adalah Tuhan kita juga
anak-anak didikte mati syahid, para wanita
ditembak juga rupanya.
doa-doa membabi buta!
setelah jeda, Muhammad Husein, berkata
“Halo Indonesia, kenapa pula rupanya.”
Pariaman, 2014
SETAN
setan akan bertelur dan menetas
di hati si kafir, mendorong agar
mereka bermewah-mewah dan lalai
hingga si kafir dikejutkan datangnya
ajal, dan dia tak bisa kembali.
langit memanggil para pendoa
dengan gigil subuh yang maha
tetapi sedikit yang hirau
semalam, malam Minggu
masih banyak yang diburu
kekupu genit apa lagi
bisa bikin tanggal gigi
2016
Maulidan Rahman Siregar, lahir di Padang, 03 Februari 1991. Bekerja dan menetap di Padangpariaman. Puisinya pernah diterbitkan Haluan, Singgalang, Rakyat Sumbar, Duta Masyarakat, Mata Banua, Padang Ekspres, Koran Pantura, Sumut Pos, DinamikaNews, Tanjungpinang Pos, dan beberapa media digital. Dalam waktu jauh, akan menerbitkan buku puisi Mencintai Hesti dan Perempuan-perempuan Lainnya. Dapat dihubungi di surel: [email protected]
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]