EkonomiHankam

Sesat Pikir Ketahanan Pangan Nasional

NUSANTARANEWS.CO – Mantan Penasihat Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Hankam, Sayidiman Suryohadiprojo mengaku sebenarnya masalah swasembada pangan sudah sejak lama dibicarakan dan diusahakan di Indonesia. Jelas sekali pada permulaan Orde Baru, berarti tahun 1966, hal itu sudah mencuat.

“Indonesia pada tahun 1970-an merupakan negara pengimpor beras dalam jumlah besar. Setiap tahun harus didatangkan beras dari berbagai negara, termasuk AS, Jepang, Thailand, yang dengan sendirinya makan biaya nasional tidak sedikit,” ungkap dia dalam sebuah ulasannya.

Bagi Sayidiman, hal ini sebetulnya amat memalukan, karena Indonesia mempunyai wilayah daratan yang luas dan banyak bagiannya adalah tanah subur. Sedangkan Jepang dan Korea yang hanya maksimum 30% daratannya dapat ditanami, tidak pernah mengimpor beras, malahan mungkin mengekspor.

“Maka waktu itu dipikirkan bagaimana mengatasi kelemahan demikian yang menunjukkan rendahnya ketahanan pangan Indonesia yang mempengaruhi ketahanan nasional secara negatif?” sambungnya.

Kemudian disadari bahwa pangan bukan hanya beras. Menurutnya, itu perlu ditegaskan karena ada anggapan seakan-akan hanya beras bahan pangan yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Para pakar pertanian dan pakar pangan (food scientists) mengemukakan bahwa banyak bahan pangan di Indonesia yang tidak kalah nilai gizinya dari beras, seperti jagung, sagu, sorghum.

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

Namun telah terjadi kesalahan sikap pada pemimpin bangsa, ketika bagian bangsa Indonesia yang secara tradisional makanan pokoknya bukan-beras, dipengaruhi untuk beralih menjadikan beras sebagai makanan pokok.

Suku-suku bangsa yang tadinya hidup kuat dan normal dengan jagung atau sagu sebagai makanan pokok, kata Sayidiman kemudian beralih ke beras. Timbul perasaan bahwa yang bukan pemakan beras adalah warga negara kelas dua. Akibatnya kebutuhan akan beras meningkat banyak sekali dan membuat Indonesia pengimpor beras terbesar di dunia.

Maka timbullah niat untuk memperbaiki hal itu. Pemerintah kala itu kemudian menganjurkan produksi beras jagung agar jagung bertambah perannya sebagai bahan pangan, juga diusahakan pemanfaatan sagu kembali. Diadakan penelitian mengenai sorghum dan cara pengolahannya untuk menarik bagi rakyat Indonesia. Pendeknya, ada niat sehat agar rakyat Indonesia tidak terlalu tergantung pada beras.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 18