NUSANTARANEWS.CO – Seratus tahun model jilbab dan hijab dalam satu menit. Ada situs populer di dunia yang didedikasikan untuk menyediakan platform bagi perempuan Muslimah untuk mengeksplorasi isu-isu sosial yang berkaitan dengan Islam, kesetaraan gender dan perayaan kewanitaan. Situs tersebut bernama Gadis Muslim (Muslim Girl)
Terinspirasi dari “100 tahun Kecantikan dalam satu menit” oleh Nina USA, Narjas Zatat dkk memutuskan untuk membuat “100 Tahun Model Hijab Dalam Satu Menit” sebuah video yang fokus pada gaya hilbab yang dikenakan di Timur Tengah dan Asia.
Jilbab atau yang juga dikenal dengan hijab merupakan salah satu item yang paling pakaian perempuan yang sering kontroversial dan dipolitisir dalam sejarah modern, bahkan pernah dianggap oleh banyak orang sebagai simbol penindasan bagi perempuan.
Lebih jauh Narjas Zatat menulis, bahwa karyanya jauh lebih kompleks dan lebih bernuansa dari yang sudah.
“Untuk generasi, [jilbab] telah menjadi simbol yang kuat atas pembangkangan perempuan Muslim terhadap pandangan laki-laki, kolonialisme, dan Islamophobia seperti yang kita kenal sekarang. Ini juga menjadi pakaian yang dipolitisir sebagai represtasi kontrol dan otonomi kaum perempuan Muslim,” tulisnya.
Inilah yang dimaksud oleh Narjas Zatat…
Mesir (1910)
Pergantian abad telah memberikan sedikit kedamaian bagi perempuan berjilbab di Mesir dalam waktu yang cukup singkat pula. Masa itu terjadi sebelum perang revolusioner tahun 1919 yang membawa mesir pada kemerdekaannya tahun 1922.
Aljazair (1940)
Pada tahun 1940-an Jilbab di Aljazair belum menjadi identitas baik secara politik maupun budaya. Namun pada tahun 1945, tepatnya saat perang berdarah kemerdekaan meletus, situasi pun berubah, yang mana jilbab/hijab digunakan sebagai alat melawan penindasan, dan bentuk perlawanan terhadap pendudukan Perancis waktu itu.
Iran (1970)
Hijab di iran sejak tahun 1970an diginakan sebagai bentuk protes keras terhadap penguasa otokratik, Shah Reza Pahlavi. Kemudian tahun tahun 1979 terbentuklah dasar Revolusi Iran.
Afghanistan (1990)
DI Afganistan sampai awal 1990-an, perempuan masih memiliki peran aktif dalam kehidupan masyarakat, memegang pekerjaan di pemerintahan, menjadi guru, dokter dan bahkan pengacara.
Namun, setelah Uni Soviet mundur dari negara itu, Afghanistan menderita perang saudara yang brutal, dan ketidakstabilan politik terus membuka jalan bagi Taliban. Kaum berhijab pun menjadi korban kekerasan lagi.
Suriah (2010-an)
Diperkirakan sembilan juta warga Suriah telah melarikan diri dari negara itu sejak pecahnya perang saudara pada tahun 2011. Akhirnya jilbab
terus menerus dan konsisten menjadi pernyataan agama “statement religiuos” karena merupakan simbol ketekunan kaum perempuan agamis. (Narjas Zatat/Mhr/Alya)
Lebih lanjut silahkan lihat di seluruh video (ini)