NUSANTARANEWS.CO – Inggris tengah menghadapi tuduhan serius terkait keterlibatan negara ini dalam kasus pembunuhan warga sipil di Yaman. Hal ini setelah adanya sebuah serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi yang menerjang pesta pernikahan di Yaman baru-baru ini.
Seorang pejabat kesehatan Yaman Khaled al-Nadhri mengatakan seperti dikutip The Independent, mayoritas dari 20 korban yang tewas akibat serangan udara tersebut terdiri dari wanita dan anak-anak. Mereka tengah berkumpul di sebuah tenda yang sedang berlangsung pesta pernikahan di distrik Bani Qayis. Kepala rumah sakit Mohammed al-Sawmali mengungkapkan sedikitnya 46 orang terluka akibat serangan itu, termasuk pengantin pria dan langsung dibawa ke rumah sakit al-Jomhouri untuk menerima perawatan.
Baca juga:
- Di Tengah Perang Yaman, AS-Arab Saudi Teken Pembelian Senjata Senilai 1 Miliar Dolar
- Inggris Tetap Jual Senjata Ke Arab Saudi Meski Melanggar HAM
- UEA Terlibat Perang di Yaman, Norwegia: Kami Hentikan Ekspor Senjata dan Amunisi
Di akun media sosial Twitter, banyak kalangan yang mempertanyakan tidak adanya klarifikasi dari pemerintahan Inggris terhadap laporan terbaru tentang kematian warga sipil di Yaman akibat serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi tersebut.
Will @theresa_may make a statement on behalf of the British people, condemning the slaughter of many women and children killed by a Saudi air strike in the last 24 hours on a Wedding party in #Yemen ? I know we have a new #RoyalBaby but …come on… priorities.
— bruce findlay ? power to the people ??✌ (@brucerisk) April 23, 2018
Kelompok Gerakan Melawan Perdagangan Senjata (CAAT) seperti dikutip Russia Today mencatat bahwa Saudi telah membeli peralatan senjata senilai 5,4 miliar dolar AS dari Inggris sejak Maret 2015.
CAAT kemudian merilis sebuah pernyataan sebagai tanggapan terhadap dugaan aksi brutal pemboman yang terjadi pada Minggu (22/4) yang menyasar sebuah pesta pernikahan di Yaman Utara itu. CAAT mempertanyakan kebijakan Perdana Menteri Inggris Theresa May yang terus melanjutkan penjualan senjata ke negara-negara yang telah dituduh PBB melakukan kejahatan perang dan bertanggung jawab atas aksi pembunuhan di Yaman. Sejauh ini, dilaporkan sudah ada 10.000 warga Yaman tewas akibat perang yang dilancarkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
https://twitter.com/ggreenwald/status/988378780979945472
Seperti diketahui, perang Yaman kini sudah memasuki tahun keempat dan situasi semakin memburuk. Tahun 2016, PBB menyebut aliansi Arab Saudi telah melukai 683 anak di Yaman dan melancarkan serangan sebanyak 38 kali yang menerjang rumah sakit dan sekolah.
Baca juga:
- Menonton Pemusnahan Negeri Yaman Oleh Arab Saudi
- Mencoba Memahami Perang Yaman
- Koalisi Pimpinan Arab Saudi Masuk Daftar Hitam PBB Selama Perang di Yaman
Sebuah koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi dibentuk pada bulan Maret 2015 untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dalam memerangi pejuang Houthi.
“Yaman saat ini telah memasuki tahun keempat perang dan pemboman semakin memburuk. Ribuan orang telah tewas, dan banyak lagi dan akan terus terjadi. Theresa May mengatakan dia ingin Inggris memainkan peran positif di panggung dunia, jadi mengapa pemerintahannya masih saja mempersenjatai dan mendukung kekejaman Saudi? Sudah waktunya bagi dia untuk menempatkan kehidupan orang-orang Yaman di atas kepentingan perusahaan senjata,” kata CAAT dalam sebuah pernyataannya.
Sementara itu juru bicara koalisi Arab Saudi juga menanggapi insiden nahas tersebut. “Kami menanggapi laporan ini dengan sangat serius dan akan diselidiki sepenuhnya,” katanya dikutip Reuters.
Konflik sipil yang sudah berlangsung selama empat tahun di Yaman menyebabkan 22 juta orang, atau 80 persen dari populasi Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan. (red)
Editor: Eriec Dieda