
NUSANTARANEWS.CO, Jalur Gaza – Dini hari, 9 Mei, Israel kembali melakukan serangan udara brutal ke Gaza dengan mengerahkan puluhan jet tempur, helikopter, dan drone yang mengakibatkan sedikitnya 13 warga Palestina tewas dalam serangan itu, enam wanita dan empat anak dipastikan tewas termasuk tiga pemimpin gerakan Jihad Islam Palestina serta melukai 20 lainnya termasuk wanita dan anak-anak.
Menurut pihak Palestina, operasi miiiter Israel bersandi Shield and Arrow juga menyerang sejumlah lokasi di Kota Gaza, Rafah dan Khan Yunis.
Militer Israel dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Jihad Ghannam, seorang komandan Brigade PIJ Al-Quds dan sekretaris dewan militernya, tewas bersama istrinya setelah serangan udara di rumahnya di kota Rafah.
Juru bicara PIJ Tariq Ezzeddine juga tewas bersama istri dan anak-anaknya setelah jet Israel menargetkan rumahnya. Khalil al-Bahtini adalah anggota PIJ ketiga yang tewas dalam serangan itu. Putrinya yang berusia enam tahun, Hajer, juga terbunuh.
Seorang dokter, Jamal Khadwan, juga tewas dalam serangan itu, bersama istri dan putranya.
Menurut Saluran 7 Israel, Tel Aviv telah memberi tahu Washington tentang rencana operasi itu.
Sementara itu, pejabat senior Hamas Ismail Haniyeh, mengatakan: “Pembunuhan para pemimpin ini akan menimbulkan lebih banyak perlawanan … musuh telah keliru dalam memperkirakannya dan akan membayar harga atas kejahatannya”, katanya dalam sebuah pernyataan.
“Kejahatan pendudukan hari ini adalah kejahatan terhadap semua rakyat Palestina,” kata juru bicara Hamas Hazem Qassem.
Dalam pernyataan singkat setelah serangan Israel, PIJ mengatakan: “Tanggapan Palestina terhadap pembantaian keji tidak akan ditunda, dan Brigade Al-Quds serta perlawanan tidak akan terhalang.”
Sampai hari ini, termasuk serangan terbaru hari Selasa, 120 warga Palestina dilaporkan telah dibunuh oleh pasukan dan pemukim Israel sejak awal 2023.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani mengutuk keras serangan udara Israel tersebut. Apalagi serangan dilakukan menjelang peringatan Hari Al-Nakba.
Kanaani juga mengecam kebungkaman dan kelambanan negara-negara Barat dan organisasi internasional terhadap serangan brutal rezim Zionis terhadap bangsa Palestina dalam beberapa bulan terakhir sebagai faktor utama yang mendorong keberanian rezim apartheid Israel dalam melanjutkan kejahatannya.
Sikap diam seperti itu, tegas Kanaani adalah tindakan “gelap dan memalukan” yang akan tercatat sebagai pembela palsu hak asasi manusia dalam sejarah.
Akhirnya Iran menyerukan kepada negara-negara Islam untuk menghentikan kejahatan Israel dan menekankan perlunya tindakan segera, efektif yang terkoordinasi. (Agus Setiawan)