Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch
SEPUCUK ADZAN
Pada takbir pertama
Meledak di kepala
Kusimpan adzan dalam nafasku
Menjadi detak di jantung
Menjelma denyut di nadi
Menyematkan lencana rindu
Dalam jiwaku
Takbir kedua menggema
Berderai dalam nada oartaku
Tak cuma meledak di kepala
Tak hanya menyelinap di lorong telinga
Tapi menghunjam di dada
Menjadi cahaya
Bunga mawar putih
Memutikkan saripati cinta
Lalu kesaksian menggema
Syahadat tauhid membentangkan semesta
Bergemuruh di kalbu
Menyalakan iman dan rindu
Aku bersaksi
Tiada Tuhan selain Allah
Tak ada yang berhak dan pantas disembah
Kecuali Allah Sang Maha Pemurah
Kini bunga melati
Bermekaran di ulu hati
Syahadat itu diulang kembali
Hingga matang tiada bimbang
Segemerlap kunang-kunang di rembang petang
Masih adakah rasa jumawa
Masih adakah sikap angkara
Di dalam dada?
Seusai syahadat purba
Bermekaran dengan harumnya?
Lalu syahadat Muhammad
Menjadi kaca benggala
Beban di dada seketika sirna
Setetes madu meleleh
Manis di bibir manis di hati
Sekuntum senyum meramu rindu
Harum di kata harum di makna
Aku bersaksi
Bahwa Muhammad adalah
Utusan Allah
Kudengar suara Bilal membelah cakrawala
Dengan mata berkaca-kaca
Saat nama Sang Nabi disebutnya
Adzan Bilal memuncratkan cahaya
Panggilan itu merayap ke langit
Penggilan itu menghunjam di bumi
Dirikanlah sholat
Tunaikanlah rakaat
Agar jiwa ini tiada berkarat
Simak: Antara Aku, Anjing Kehausan dan Pelacur Itu
Dengarkan panggilan itu
Tegakkan sholatmu
Setinggi langit biru
Tuntaskan sujudmu
Seluas cakrawala rindu
Adzanku dan adzanmu
Bertemu di keabadian waktu
Kemenangan itu
Ya kemenangan sejati itu
Telah hadir di depan kelopak matamu
Di ujung hidungmu
Pada kening sujudmu
Jawablah dengan indah
Tiada daya dan kekuatan di jiwa
Semata atas rahmat dan hidayah
Sang Maha Pemurah
(Dalam hening tahajud, dalam bening embun, Gus Nas 2017)
*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll.
Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang Dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI. Menjadi konsultan manajemen. Menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar.
Biografi Lengkap: HM. Nasruddin Anshoriy Ch
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].