Hankam

Sengketa di Lanud Halim

NUSANTARANEWS.CO – Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menulis sebuah buku berjudul ‘Sengketa di Lanud Halim’ yang mengupas tentang masalah pelabuhan udara (airport) dan secara khusus tentang pangkalan udara (Lanud) militer yang juga digunakan oleh penerbangan sipil komersial.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Nusantaranews di Jakarta, Sabtu (30/7/2016), buku setebal 168 halaman ini akan diterbitkan pada Juli 2016 hasil terbitan Hendropriyono Strategic Consulting (HCS).

“Pelabuhan udara adalah sarana vital bagi dunia penerbangan, tanpa pelabuhan udara pesawat udara baik sipil maupun militer tidak mungkin dapat terbang dan mendarat. Titik tolak pembahasan adalah peristiwa tabrakan antara pesawat Batik Air dengan Pesawat Trans Nusa pada tanggal 4 April 2016. Juga kejadian pada tanggal 7 April 2016 tentang hampir terjadi tabrakan antara pesawat Batik Air dengan pesawat Trans Wisata. Kasus-kasus tersebut menyadarkan kita bagaimana faktor keamanan dan keselamatan penerbangan dan sekaligus membuka mata kita bagaimana pengelolaan pelabuhan udara di negara kita. Khususnya pengelolaan pelabuhan udara militer yang digunakan untuk kegiatan penerbangan komersial-sipil,” demikian cuplikan singkat buku berujudul ‘Sengketa di Lanud Halim’.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Selain itu, buku terbitan HCS ini juga mengupas lebih mendalam tentang pengelolaan pelabuhan udara dan pangkalan udara yang digunakan secara bersamaan harus memperhatikan UU Penerbangan No 1 Tahun 2009 yang berisi: a. Kebutuhan pelayanan jasa transportasi udara. b. Keselamatan, keamanan dan kelancaran penerbangan. c. Keamanan dan pertahanan Negara. d. Peraturan Perundang-undangan.

“Bandar Udara dan Lanud yang digunakan bersama harus dengan Kepres. Apakah penggunaan Lanud Halim Perdanakusuma sebagai penerbangan sipil-komersial sudah mendapatkan Kepres? Kekeliruan atau ketidaktepatan dalam pengelolaan berdampak pada ketidakpercayaan luar negeri kepada dunia penerbangan Indonesia yang pada gilirannya bepengaruh ke berbagai bidang seperti pariwisata, hubungan perdagangan Internasional, hubungan (timbal-balik) penerbangan internasional dan sebagainya.

Buku imi memberikan peringatan dini (early warning) terhadap berbagai kemungkinan yang tidak diharapkan oleh Indonesia di masa depan, khususnya bagi dunia penerbangan dan perekonomian bangsa kita,” demikian ulasan singkat buku tersebut. (eriec dieda/red)

Related Posts

1 of 3,050