Ekonomi

Senat Unkris: Paradigma Mahasiswa Harus Berubah

NUSANTARANEWS.CO – Senat Unkris mengatakan Paradigma Mahasiswa Harus Berubah. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah diberlakukan sejak awal 2016. Kalangan mahasiswa rupanya tengah was-was dalam mengahadapi dunia kerja. Sebab, dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas berptensi besar mengakibatkan tenaga kerja asing mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. “Maka solusinya, paradigma mahasiswa harus diubah, kita bukan mencari kerja tapi membuat usaha,” ujar Ketua SMFE Unkris Bagus Falah kepada nusantaranews.co di kampus Unkris, Kamis (2/6/2016).

Ketua Senat Mahasiswa Fakultas EKonomi Universitas Krisnadwipayana (SMFE Unkris) ini menyatakan ke depan tantanganya bukan lagi hanya sekadar pada produk dan jasa, tetapi lebih kepada sumber daya manusia (SDM). Dengan demikian, persaingannya menjadi semakin sulit, apalagi SDM Indonesia jauh di bawah Malaysia dan Singapura. Sehingga, dari sisi produktifitas, fondasi industri Indonesia juga masih berada pada peringkat keempat di ASEAN. Selebihnya, kesiapan tenaga kerja Indonesia juga cuma bergantung pada mentalitas semata.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

Mahasiswa, lanjut Bagus, harus sejalan dengan konsep ekonomi berdikari yang dicanangkan pemerintah. Ia mencontohkan, dalam kehidupan sehari-hari tidak terlalu bergantung kepada orang tua. “Kalau dalam konteks global, ya sandang, pangan tidak bergantung impor. Jadi harus dikuatkan di dalam negeri,” ujarnya.

Untuk itu, kekhawatiran Bagus soal pasar dalam negeri justru diisi oleh orang-orang asing bukan tanpa alasan logis. Sebab, Bagus melanjutkan dirinya mendapat informasi sebanyak 70 persen pedagang di pasar Jatinegara itu dikuasai etnis Tionghoa. Kekhawatiran ini juga bukan tanpa alasan, pasalnya para pekerja China itu pintar menghindari pajak dengan membuat usaha konveksi rumahan.

“Produksinya rumahan, kalau pabrik kan harus mengikuti aturan pemerintah dengan gaji UMR dan membayar pajak. Tapi ini sistem nembak, lu mau nggak kerja rumahan, tapi gajinya segini. Jadi selain terhindar pajak, juga ongkos produksi rumahan murah karena biaya sewa kos murah,” tukas Bagus. (Amd)

Related Posts

1 of 3,052