Ekonomi

Sempat Berjaya, Rupiah Kembali Tersungkur

nilai tukar rupiah, kurs rupiah, rupiah lemah, pelemahan rupiah, rupiah merosot, utang jatuh tempo, defisit pendapatan primer, defisit jasa, defisit migas, defisit transaksi berjalan, nusantaranews
Perdagangan rupiah tersungkur atas dolar. (Foto: Eswete)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Rupiah sempat berjaya dalam sepekan terakhir dengan mengalami peningkatan penguatan hingga 4,8% terhadap dolar AS. Namun, situasi berubah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) menahan suku bunga serta melakukan pengetatan kebijakan moneter secara bertahap.

Akibat kebijakan moneter negeri Paman Sam itu, kini rupiah kembali harus tersungkur. Berdasarkan pantauan redaksi Nusantaranews.co, Jumat sore (9/11/2018) nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.678 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot.

Dengan kondisi saat ini, rupiah mengelami pelemahhan mencapai 138 poin atau 0,95 persen dari posisi kemarin Rp14.540 per dolar AS.

Sementara untuk kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.632 per dolar AS atau menguat tipis dari kemarin di Rp14.651 per dolar AS.

Baca Juga:
Sempat Tegelincir, Dolar AS Kembali Perkasa di Pasar Perdagangan
Sampai Akhir Tahun Diperkirakan BI Tak Akan Naikkan Bunga Acuan

Baca Juga:  APTIKNAS Luncurkan Indojual.com, Marketplace Khusus Produk IT

Atas kebijakan moneter AS, membuat posisi indeks dolar pada hari ini menguat di pasar perdagangan. Laju greenback dolar AS menguat mencapai 0,09% atau 0,085 poin ke level 96,809 terhadap sejumlah mata uang utama di dunia.

Sebelumnya pada Kamis kemarin dolar AS sempat jeblok ke angka 0,081 poin atau 0,08% di level 96,643.

Pengetatan kebijakan moneter ini diprediksi akan semakin menekan nilai tawar rupiah di pasar spot, menyusul FED pada akhir tahun ini akan meningkatkan suku bunga hingga 25 bps (basis poin).

Diprediksikan probabilitas kenaikan Federal Funds Rate pada rapat 19 Desember 2018 akan mencapai 78,5%. Bahkan ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga sampai 50 bps.

Pewarta: Romadhon Emka

Related Posts

1 of 3,050