Budaya / SeniKhazanahKreativitas

Semarak TSC, Meski Hujan JRM Tetap Menghayal Jadi Presiden

NUSANTARANEWS.CO – Hujan reda, gerimis tipis lenyap di Jakarta, Jumat malam (23/9). Di pelataran depan Galeri Cpta II, Taman Ismail Marzuki (TIM) orang-orang berkerumun membenuk lingkaran besar. Orang-orang dari berbagai kota, dari beragam kalangan pekerja seni.

Waktu menunjukkan pukul 20.40, langit mulai terang, anak-anak dari Teater Tanah Air berbaris siap menampilkan pertunjukan teater yang disutradarai Jose Risal Manua. Dan mereka yang membentuk lingkaran besar sebagian juga akan tampil satu persatu baca puisi, mainkan musikalisasi puisi, puisi teatrikal, dan menyanyikan puisi.

Mereka datang di sela-sela hujan Jakarta ke TIM untuk menyemarakkan “panggung esensi bukan panggung sensasi,” yang keempat oleh Taman Sastra Cikini (TSC). Rencananya, taman buat semua pecinta seni ini akan dimuai pukul 19.30. Tetapi hujan memukul mundur waktu acara kurang lebih 2 jam ke belakang.

Namun acara TSC keempat yang mengusung tema “Jose Rizal Manua Menghayal Jadi Presiden: Seng Seng Tengtes Sresep Brebeeet” ini tetap dijalankan meski dengan panggung dan pelataran acara yang basah, tepat di bawah langit samar gemawan. Dan para pekerja seni dari berbagai kota seperti Bogor, Depok, Garut, Bandung, Medan, dan Jakarta yang akan membacakan puisi-puisi karya Jose Rizal Manua tak surut semangat untuk unjuk penampilan.

Baca Juga:  Sultanah Safiatuddin Syah Berdaulat Zilullahi Fil Alam Pelindung Situs Sejarah Kesultanan Aceh

Panggung sederhana dengana beberapa lampu sorot secukupnya, dengan tanpa mengurangi kesan indah artistik karya Aidil Usman, nampak dingin. Puluhan seniman mulai dari penyair, teaterawan, pemusik, cerpenis, penulis, dan dancer menghadap ke panggung, seolah acara sudah berlangsung.

Kemudian perempuan berbaju putih naik ke panggung, Dima Miranda namanya, duduk di kursi dan menampilkan musik ballada. Ini pertanda acara sudah dimulai. Acara panggung seni/taman pelepas kerinduan pentas yang sekaligus memperingati hari ulang tahun jose Rizal Manua yang ke-62. Dan di sisi kiri pelataran depan panggung, Fauzhan Moosaad tengah sibuk dengan kuasnya melakukan Action Painting.

Rini Kreet dan Pipien Putri selaku MC masuk panggung menyapa para peseni dalam lingkaran besar. Sesingkat mungkin mereka paparkan perjalanan kreatif penyair dan teaterawan Jose Rizal Manua. (Baca: Taman Sastra Cikini: Jose Rizal Manua Menghayal Jadi Presiden).

Sebagaimana MC serukan, walau hujan, semangat Taman Sastra Cikini tetap menyala. Begitu pun dengan isi sambutan dan TSC, Ical Vigar, bahwa walau hujan tetap SemangArt. “Terima kasih Denny JA, ‘dengan puisi kita suarakan Indonesia tanpa diskrimnasi’. Terima kasih DKJ, PDS HB Jassin, dan semua yang hadir,” ucap Ical yang kemudian menutupnya dengan membaca puisi “Di Jakarta Bisa Terjadi” karya Jose Rizal Manua.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Akhirnya, Teater Tanah Air pun beraksi memeriahkan acara TSC. “Hah.. Cikicik…cikicik.. Cikicik bom.. Cikicikik bombom. Hai kawanku dari seluruh dunia. Cintailah alam, lingkungan dijaga…dst,” kompak dan indah mereka anak-anak ber-26 menari dan bernyanyi.

Selanjutnya, Charles Dean masuk baca puisi dengan suaranya yang lantang. Menyusul penyair Jose Risal Manua membacakan beberapa puisinya, mulai dari “Seng Seng Tengtes Sresep Brebeeet“, “Puyeng”, “Tempat Berlindung di Hari Tua”, dan “Cicak cicak”. Usai baca puisi, nyanyai “Happy Birth Day” menyambut Mas Jose, panggilan akrabnya.

Pembacaan puisi-puisi karya Jose Rizal Manua dilanjutkan. Asrizal Nur (penyair Multi Media), berbaret hitam, berbaju merah baca puisi dengan suasana nyala lilin di tangan para penonton sembari diiringi lagu Padamu Negeri. Usai baca puisi, Asrizal memberi hadiah ulang tahun buat Jose Rizal Manua, berupa baju warna Merah, warna kesukaannya.

Disusul Cilay Dance Commpany menampilkan puisi teatrikal, Julinar Sinaga dari Medan baca puisi berjudul “Binatang”, Aji sumanta dari Bogor baca puisi “Untuk Abdul Hadi WM”, Exan Zen (Presiden Pembaca Puisi Indonesia) baca puisi “Tanah Air”, Bengkel Sastra Jakarta tampilkan musikalisasi puisi “Datanglah ke Negeriku”, Fanny Jonathans (Cerpenis) hidangkan puisi musikal “Yang Hidup Dalam Ihlas”, Monica Anggi JR baca puisi “Cintaku”, Dini Wgk  baca “Tanah Air”, Sanggar Kapas (kali pasir), menyanyikan puisi “KKN”, Rinidiyanti Ayahbi dengan musikalisasi puisi “Aku akan Kembali duduk di Muka Tendela”, Khairani Piliang baca “Di Suatu Malam, Di Suatu Tikungan”, Fatin Hammama baca “O Marsinah”, Hilda Winar (penyair Sexy), Jand & Bon “Absurd”.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Acara panggung baca puisi-puisi Jose Rizal Manua diselingi dengan pemberian kenang-kenangan dari Ical dan Indra berupa sketsa kepada Jose Rizal Manua. “Merenung seperti gunung, bergerak seperti ombak,” pesan Jose singkat pada Ical dan Indra.

Kemudian juga ada acara apresiasi karya action painting dengan harga pertama 1jt. Hadir pula dalam Acara Jose Rizal Manua menghayal jadi Presiden yaitu Presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri.

Pembacaan puisi selanjutnya oleh Sihir puitik, Kelompok musik Renjana, Musikalisasi puisi “Sirip”, dan masih ada puluhan pembaca puisi JRM lainnya.  (Sulaiman)

Sumber Foto: Dokumentasi Babs Yls

Related Posts

1 of 113