Khazanah

Semarak Tradisi 15 Ramadhan Dari Binjai Hingga Wajo

NUSANTARANEWS.CO – Umat Islam di Indonesia sungguh kreatif mengolah tradisi adat dengan nilai-nilai Islam. Dalam sejarah dan kebudayaan Islam, banyak disebutkan proses akulturasi yang dilakukan oleh para penyebar Islam di Indonesia, khususnya di Jawa yang kemudian mewarnai beragam bentuk tradisi 15 Ramadhan di seluruh penjuru tanah air mulai dari Binjai hingga Wajo.

Khusus di bulan Ramadhan, sejak bulan sya’ban (bulan sebelum Ramadhan) sebagian masyarakat muslim di berbagai daerah menggelar tradisi sambut dan mengisi bulan suci penuh ampunan. Motavasi dan tujuannya pun beragam, namun tetap dalam lingkup ke-Islaman.

Adapun tradisi unik pada malam ke-15 Ramadhan dan sesuadahnya adalah sebagai berikut:

1. Kenduri Ketupatan di Binjai

Tradisi kenduri ketupatan digelar oleh masyarakat Binjai, Sumatera Utara setelah puasa Ramadhan berjalan melewati 15 hari. Tradisi ini tidak jauh berbeda dengan tradisi “Qunutan” atau “Kupatan” di Perkampungan Cinere, Depok. Seperti halnya di Cinere, warga Binjai bersama-sama membuat sarang/orong ketupat dengan menganyam janur muda lalu mengisinya dengan beras ketan untuk dimasak.

Ketupat-ketupat yang sudah masak selanjutnya dibawa ke masjid dan dikumpulkan dengan ketupat warga yang lain untuk dihidangkan pada acara kenduri ketupatan usai shalat tarawih. Selanjutnya disantap bersama-sama pula usai doa syukuran telah 15 hari berpuasa Ramadhan.

Tatacara dan upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT setelah berpuasa 15 hari. Selanjutnya juga berdoa supaya bisa tuntas berpuasa sampai Ramadhan usai dan bertemu dengan Ramadhan tahun depan.

2. Malam 15 Ramadhan di Masjid Darussalam Belawa Wajo

Daerah Wajo, Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu daerah yang melahirkan banyak ulama besar. Orang-orang menyebutnya sebagai Kota Santri karena yang memiliki salah satu pesantren tertua, yang sekarang dikenal Pesantren As’adiyah. Selain itu, terdapat ikon wisata religi yaitu Masjid Darussalam yang terletak di Kecamatan Belawa. Masjid ini dibangun sejak 1947 atas gagasan Anre Gurutta (Maha Guru) Kyai Haji Martan bersama masyarakat.

Salah satu tradisi yang menarik adalah pagelaran tradisi malam ke-15 Ramadhan di Masjid Darussalam. Biasanya sejak malam 15 Ramadhan, orang-orang setempat dan wisatan berbondong-bondong berkunjung ke masjib. Masyarakat yang datang tidak hanya dari Wajo, tetapi beberapa jamaah juga berasal dari Sidrap, Soppeng, Bone dan Enrekang.

Menurut keterangan penasehat Masjid Besar Darussalam Belawa yang juga sesepuh masyarakat Kecamatan Belawa, Haji Abdul Jalil,  sebagai perantau asal Belawa yang bermukim di luar Sulawesi Selatan juga kerap kali memanfaatkan momen Ramadhan untuk berkunjung ke masjid tersebut. Begitulah salah satu tradisi yang kuat di daerah Wajo. Sehingga sejak malam ke-15 Ramadhan, masjid tak pernah sepi dari jamaah apalagi ketika masuk waktu shalat taraweh.

Keunikan dalam tradisi malam ke-15 Ramadhan adalah sajian buka puasa bersama dengan sajian makanan atau yang disebut takjil yang digelar hingga di halaman masjid. Adatnya, pengurus masjid biasanya memotong beberapa ekor sapi untuk menu buka puasa bersama. Sementara warga sekitar menyumbang berupa beras. (Sel/MRH)

Related Posts

1 of 9