Mancanegara

Selain Dalih Senjata Kimia, Serangan AS dan Sekutu Ditujukan Kepada Presiden Assad

NUSANTARANEWS.CO, Washington – Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pengumuman perintah kepada Angkatan Udara dan Angkatan Laut untuk melepaskan serangan udara terhadap situs senjata kimia yang dikembangkan pemerintah Bashar Al-Assad di Damaskus dan Homs pada 14 April. AS mengundang Inggris dan Perancis untuk membantu sekaligus membenarkan tindakan militer tersebut.

Serangan yang menargetkan situs senjata kimia ini bukan kali pertama dilancarkan Amerika. Tahun 2017, Presiden Trump juga memerintahkan Angkatan Laut AS meluncurkan 58 buah rudal jelajah yang menargetkan pangkalan udara Shayrat.

Dua pekan lalu AS memerintahkan Angkatan Udara Israel (IAF) melancarkan serangan rudal via jet tempur F-15 terhadap sebuah pangkalan udara provinsi Homs (T4).

Kepala Staf Gabungan dan Komandan Korps Marinir Jenderal Joe Dunford mengatakan tiga kekuatan negara (AS, Inggris dan Perancis) diintegrasikan dalam seluruh perencanaan dan pelaksanaan penyerangan. “Target yang dihancurkan adalah program senjata kimia rezim Suriah,” ujar Jenderal Dunford dalam keterangannya di Pentagon.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Baca juga:

Target pertama, kata Dunford, adalah pusat penelitian ilmiah di daerah Damaskus. Fasilitas militer merupakan pusat penelitian, pengembangan, produksi dan pengujian agen kimia dan biologi. Sedangkan target kedua ialah asilitas penyimpanan senjata kimia di sebelah barat Homs.

“Kami menilai ini adalah lokasi utama dari sarin Suriah dan peralatan produksi prekursor. Target ketiga … berisi fasilitas penyimpanan senjata kimia dan pos komando penting,” ungkap Dunford.

Seperti diketahui, Suriah telah menghancurkan persediaan senjata kimia pada tahun 2013 silam yang tercantum dalam kesepakatan yang ditengahi Rusia dan AS. Bahkan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia diketahui telah mengumumkan bahwa senjata kimia Suriah telah dilenyapkan pada tahun 2014.

Sementara itu Menteri Pertahanan AS James Mattis mengungkapkan bahwa serangan AS, Inggris dan Perancis bertujuan untuk meruntuhkan rezim Assad yang dianggap AS dan sekutu telah membuat penderitaan berkepanjangan warga Suriah. “Sebagaimana dunia tahu, rakyat Suriah telah sangat menderita di bawah kebrutalan berkepanjangan rezim Assad,” kata Mattis.

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

“Pada 7 April, rezim memutuskan untuk kembali menentang norma-norma orang beradab yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap hukum internasional dengan menggunakan senjata kimia untuk membunuh wanita, anak-anak dan orang-orang tak berdosa lainnya. Kami dan sekutu kami menemukan kekejaman ini tidak bisa dimaafkan,” tambah dia.

Mattis mengaku serangan tersebut memang ditargetkan kepada pemerintahan Assad. “Ini adalah waktu yang tepat untuk segera mengakhiri perang saudaraa di Suriah dengan mendukung proses perdamaian Jenewa yang didukung PBB,” ujar Mattis.

Dunford menambahkan bahwa serangan tersebut telah mempertimbangan posisi pasukan Rusia yang selama ini mendukung penuh pemerintahan Assad. Kata Mattis, AS dan koalisi siap melanjutkan aksi militer kembali jika Assad tidak mengindahkan peringatan AS, Inggris dan Perancis.

Presiden Assad dan Rusia sudah berulang kali menepis tuduhan perihal penggunaan senjata kimia di Douma. Adapun laporan yang diterima AS dan sekutu serta PBB tak lebih hanyalah informasi hoax dan palsu yang dibuat-buat kelompok oposisi, teroris dan relawan-relawan kemanusiaan di Suriah. Isu tersebut lantas dijadikan sebagai bahan propaganda untuk membenarkan tindakan militer terhadap Suriah.

Baca Juga:  Keingingan Zelensky Meperoleh Rudal Patriot Sebagai Pengubah Permainan Berikutnya?

“Serangan itu bukan sekadar pesan keras untuk rezim tetapi tindakan mereka memang sudah tidak bisa dimaafkan karena menimbulkan kerusakan maksimum yang seharusnya tidak perlu, terutama bagi warga sipil,” kata Dunford. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,055