Artikel

Sekali Lagi Tentang Kesetaraan dan Keberdayaan

(Ilustrasi/Istimewa)
(Ilustrasi/Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO – Tradisi Pencerahan Barat amat percaya bahwa tiap individu punya potensi untuk menjadi matang, baik, berdaya, dan pada dasarnya setiap penyimpangan yang terjadi pada manusia akan dikontrol oleh nilai-nilai kebaikan yang bisa tumbuh dari tiap individu. Pada kenyataannya di Barat, tiap ada hal-hal yang menyimpang pada lokus kekuasaan, dengan mudah rakyat sipil meresponnya dengan melibatkan opini massa dan gerakan aksi yang menyulitkan penyelewengan kekuasaan terus berlangsung.

Tradisi Gurun Pasir (Jazirah Arab) menyatakan bahwa tiap individu itu tidak berdaya, penuh dosa, mudah melakukan penyimpangan yang tak terkontrol, sehingga konsep kebaikan yang  lahir darinya selalu berupa hukum-hukum yang ditafsirkan dengan kasar, ketat, keras. Cara berekspresi untuk merespon masalah dan hal yang dianggap menyimpang pada orang lain atau kelompok sosial adalah dengan cara mereaksinya secara keras, memanfaatkan hukum agama yang ditafsirkan secara keras, yang dianggapnya satu-satunya solusi.

Tradisi Masyarakat Nusantara adalah kemampuan menyerap kebaikan dari mana saja, bukan hanya dari satu sumber. Nilai-nilai yang datang di tanah luas dan terdiri dari berbagai pulau dengan penduduk bermacam-macam suku, agama, adat, keyakinan/kepercayaan, membuatnya menyerap apa saja yang dianggap baik untuk merespon berbagai penyimpangan kemanusiaan.

Jika dalam pikiranmu penuh dengan angan bahwa pada dasarnya orang lain itu lemah, maka dalam benakmu hanya tahu bahwa orang lain layaknya dipersepsikan dua hal: (1) Yang butuh pertolongan, kamu selalu merasa menjadi pahlawan dan penyelamat; (2) Yang mudah diatur, dikuasai, dan disuruh sesuai kepentingan dan kemauanmu.

Lebih pas, kalau melihat orang lain itu setara dengan kita. Toh kalau tingkat keberdayaan orang lain tak sama dengan kita, ada baiknya membantu memberdayakan, tapi harus kita anggap ia punya potensi untuk berdaya. Kalau toh orang lain berada dalam kondisi butuh bantuan, kalau bisa kita bantu. Tapi jangan berpikir bahwa dengan bantuan kita ia akan tergantung terus. Jangan berpikir pula bahwa bantuan kita ada pamrih untuk mencari sesuatu yang menguntungkan kita.

Kalau toh ada yang lebih kuasa dan berdaya dari kita, jangan anggap kita adalah orang yang tidak bisa berubah dan hanya bisa diatur oleh kekuasaan orang lain, terutama kekuasaan yang hanya ingin memperalat kita. Kalau toh kita lebih miskin dan orang lain kaya, jangan pernah kita berpikir bahwa manusia mendapatkan kehormatan hanya karena kekayaannya.

Setara harus mulai dari pikiran hingga perbuatan!

Penulis: Nurani Soyomukti
Editor: Romandhon

Related Posts