Puisi

Sebingkai Sajak untuk Humairoh, Teras Langgar Sunyi

puisi, kumpulan puisi, puisi indonesia, penyair indonesia, nusantaranews, puisi karya, iqbal manglak
Menulis sajak dan puisi. (Foto: Ilustrasi/hindayani.com)

Sebingkai Sajak untuk Humairoh, Teras Langgar Sunyi
Puisi karya Al Biakra

 

Sebingkai Sajak untuk Humairoh

Ku tulis sajak ini
Kala bianglala alpha pada sketsa malam,
Hanya rembulan dan awan yang berombak
Menjadi perkataan di setiap ujung penaku.

Ku rangkai sajak ini
Dengan sampiran dan isi yang tak jenaka
Hingga tak ada tawa dan tarian jemari
Yang menutupi sesungging gigi,
Hanya rindu yang gugur dari reranting sanubari.

Humairoh…
Pada sebingkai sajak ini
Aku mewakili tuhan serta alam,
Bahwa aku bersumpah demi arwah nenek moyang
;Senja berselendang bianglala
Pada sore yang berpanorama jingga

Diantara sajak ini
Tertulis petuah dari daun siwalan
Katanya; aku merindukanmu.
Juga bisikan dari angin yang berdesir
Katanya; aku juga merindukanmu.
Dan oretan ujung penaku
Yang tertulis saat purnama kala itu
Katanya; kerinduanku hanya secuil tinta
Yang tergores untuk sementara.

Pada sebingkai sajak ini
Aku sendiri berkata
“Humairoh… aku membencimu”.

Parama’an, 2018

 

Bersilah Pada Teras Langgar

Alam mulai menua
Tak ada lagi pesta warna
Hanya angin yang berbisik lirih
Seakan bisikan nenek moyang
Memberi sepatah nasehat
Yang hidup ribuan abad.
“Nak.. pergilah!
Jiwamu tertinggal di langgar itu”.

Tanpa isyarat, dia pacu sepasang sandal
Agar segera tiba di teras langgar.

Sesampainya dia pandang
Pada mereka yang berjajar, berbaris dan melingkar
Sembari bersilah pada teras langgar.

“Kalamun qodimulla yumallu sama’uhu
Tanazzaha an qouli wafi’li waniyati”.

Pelepah-pelepah pisang menari malam
Mengikuti irama yang mereka lantunkan
Lalu, hamparan kabut membuka diri serupa gerbang.

Gemetar dan ragu untuk melangkah
Juga tak ada alasan untuk kembali
Sebab, jalan terengut api.

“Bihi astaghfir min kullida’i wanuruhu
Dalilul lilqoli inda jahli wakhayroti”.

Dia mulai melangkah tanpa kata
Seakan bisu tak bicara
Diantara mereka dia pun bersilah.

“Fayarobbi matthi’ni bisirri hurufihi
Wanawwir bihi qolbi wasam’i wamuklati”.

Lepas-melepas dari lingkaran
Dia masih dengan jiwa menua tak berangan,
Sebab tak ada isyarat untuk kepergiannya.

Parama’an, 2018

 

Sunyi

Melodi yang tak tentu bersuara
Dipetik berisik mengusik telinga.
Turun hujan diluar musim kemarau.

Gelap, pengap ruang ini.
Sunyi, tak ada perbincagan warna alam dan mentari.
Hanya ada aku
Dan brisik garuk tanganku.

Parama’an, 2018

 

 

 

Penulis: Al Biakra, adalah akronim dari Bisma Akbar Rabsanjani alumni Ponpes Parama’an, sekarang kalian bisa menemuinya di bangku kelas XI Agama MA1 Annuqayah. Dia seorang aktifis IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan KOMPAS (Komonitas Menulis Pasra).

Related Posts

1 of 3,053