BERI AKU SATU HARI, LAGI
Di kamar ini, ku hanya
Berguling-guling, menunggu
Senja memakan detik-detikku, dikala itu
Dan baru kusadar. Tak cukup, detik
Sisa-sisa senja, untuk
Mencari mimpi, dalam
Dalam kolam kopi hitam pekat itu
Wahai engkau. Beri aku satu hari, lagi
Agarku dapat menyelam, mencari
Mimpi-mimpi, yang ku tenggelamkan
Namun, sia-sia. Kopi itu merusak warna mimpiku
Wahai engkau. Kini aku berpaling dari kolam
Membangun pondasi, mendirikan tiang-tiang,
Tembok, dan atap dalam satu hari, hanya untuk
Ruang mimpi-mimpiku
Purwokerto, 21 April 2018
TUNGGU
Drama ini, belum selesai
Mawar masih diculik kunang-kunang
Namun, kau sudah menyerah
Pada lembaran-lembaran naskah
Jangan, jangan biarkan
Naskah ini berubah arah
Kau rela, mawarmu bersama
Kunang-kunang malam dibalik layar ?
Rebutlah dia, beradeganlah
Seperti apa yang seharusnya
Dimana mawar, berpasangan
Dengan kumbang, bukan kunang-kunang malam
Purwokerto, 21 April 2018
PERINDU SUKMA
Kisah ini terlalu berat, untuk dia pahami
Aku, pengejar mimpi-mimpi
Namun, terlajur mimpi mengejarku
Memaksa berpisah, dengan sukma
Sukma sabahatku, yang telah kukecewakan
Dengar rintihan ini, aku sendirian
Di rumah sempit, tanpa jendela
Dan tanpa angin penyampai pesan
Sukma, ku rindu
Hangat dan kasih
Pada dingin raga ini, tergeletak
Berselimut putih, beralaskan tanah
Sukma, maafkanlah
Aku yang menjebakmu pada
Puisi-puisi api, bukan puisi-puisi suci
Saat kau pergi padanya
Purwokerto,18 April 2018
PINTU TUA
Biarlah pintu tua, tergeletak
Pada kisah rapuh, memadu rasa
Mengaduk sebab adanya akibat
Menjalin sunyi bersama mayat
Kering, keriput dan pucat sudah
Menikmati pukulan, kisah lama
Tak cukup seutai puisi
Jadikannya penawar lara
Namun, jangan biarkan pintu tua habis
Atas rayap-rayap, pendengki
Jamur-jamur, pemaksa diri
Dan panas dingin, pemuja takdir
Biarlah pintu tua utuh
Dibawah atap, sendiri merenung
Sampai sekenario ini berakhir
Tanpa genangan air diwajah
Purwokerto, 21 April 2018
SEBATANG CINTA
Di hari ini, kau hadiahkan
Sebatang cinta bercampur pemanis
Penambah rindu, buatku tak rela
Tuk memakannya, sekarang
Kulihat bungkus penutupnya
Tuk mencari kapan tanggal kadaluarsa
Dan memastikan aku takkan sakit
Bila kumemakannya, tak seperti batang cinta lalu
Kini kutemukan, tanggal itu
Besok, sabatang cinta kadaluarsa
Tapi, bila kumemakannya
Bukan menyimpannya bersama pengawet mayat
Maupun dinginya kulkas, sebatang cinta kan abadi selamanya
Purwokerto, 21 April 2018
BUTA
Malam memang sangatlah gelap
Karena cinta telah menelan mentari
Melumpuhkan senja, disaat
Kau bercumbu dengan kupu-kupu malam
Cukup, jangan berikan alasan buta
Di kala fajar muncul dan menghilang
Karena butamu, telah membutakan
Hariku, diruang waktu ini
Buta, kini kuputuskan
Tali diantara kita, dan kau
Hanya kunang-kunang lalu, yang ku kubur
Di pemakaman seberang
Agar kau bahagia, bersama kupu-kupu malammu
Purwokerto, 21 April 2018
Dewi Sukmawati lahir di Cilacap, 21 April 2000. Sekarang sedang menempuh pendidikan di IAIN Purwokerto Fakultas Ekomoni dan Bisnis Islam jurusan Perbankan Syariah. Dia aktif di Sekolah Kepenulisan STAIN Purwokerto dan hobinya berilusi dan berbicara didepan umum. Beberapa karyanya dimuat di Kabar Madura dan Nusantara News. Alamat di Desa Tambakreja Rt 02 Rw 01, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]