Esai

Sate Klatak, Ruji Brompton, Cerita Sepulang Kerja

Sate Klatak, Ruji Brompton, Cerita Sepulang Kerja
Sate Klatak, Ruji Brompton, Cerita Sepulang Kerja/Foto: Ist

Sate Klatak, Ruji Brompton, Cerita Sepulang Kerja

Setelah seharian kerja, tiga shift muter-muter mirip gangsing, perut kok yaa kencot alias laper. Dah lamaaa, yaa kira-kira dah dua bulan nggak makan sate akibat efek PSBB (Pembatasan Sate Berskala Besar), rasanya lidah ini kok kemecer pingin mencicipinya.
Oleh : R. Wahyu Kartiko Tomo

Salah satu sate yang jadi favorit saya adalah sate klatak, menu hidangan sate kambing asal Pleret, Bantul, Yogyakarta.

Sate daging kambing muda yang ditusuk jeruji sepeda dibumbui garam. Infonya sihh, tusukan besi sebagai konduktor panas yang akan membuat daging lebih matang dari bagian dalam.

Seporsi sate klatak hanya berisi dua tusuk sate saja. Sedikit? Ngga jugaaa, karena selain setusuk ada sekitar tujuh kerat daging, ukuran dagingnya pun gede-gede. Walau begitu, kalau saya sihhh, seporsi masih tetap saja kurang..hehehe..kalau kalian bagaimana?

Selama ini daging kambing sering dijadikan “kambing hitam” atas meningkatnya kolesterol, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan segudang “kambing hitam” lainnya, padahal tidak sepenuhnya benar. Coba kita lihat datanya yaa, dalam 100 gram daging kambing, setidaknya terdapat 150 kalori, 27 gram protein, dan 15 gram lemak. Tak hanya itu, daging kambing juga mengandung kalium, vitamin B12, zat besi, magnesium, selenium, dan Omega-3.

Memang dalam 100 gram daging kambing matang, mengandung sekitar 75 miligram kolesterol. Tetapi, jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan kadar kolesterol dalam daging sapi sirloin yang mengandung 90 miligram kolesterol atau dada ayam tanpa kulit yang mengandung 85 miligram kolesterol. Dengan kandungan gizi seperti itu, daging kambing punya beberapa manfaat kesehatan, antara lain untuk memelihara massa otot karena daging kambing salah satu sumber protein.

Daging kambing juga berguna untuk mencegah anemia karena dalam 100 gram daging kambing, terdapat sekitar 3,5-4 miligram zat besi yang bermanfaat untuk mencegah terjadinya anemia.

Nah, yang mungkin belum banyak tahu, daging kambing ternyata juga mengandung cukup kalium yang dibutuhkan tubuh. Kalium berfungsi untuk mengatur detak jantung dan menjaga tekanan darah tetap stabil.

Dalam 100 gram daging kambing, terkandung sekitar 400 miligram kalium, sedangkan asupan kalium yang perlu dikonsumsi setiap harinya yaitu sebanyak 4.500-4.700 miligram.

Dari laman Kemenristekdikti, rasio lemak jenuh daging kambing terhadap lemak tidak jenuh pada daging kambing rata-rata sebesar 0,33, sementara pada daging sapi dan domba jauh lebih rendah yaitu antara 0,11-0,18 dan 0,15-0,29. Rasio asam lemak tak jenuh yang relatif tinggi terhadap lemak jenuh daging kambing, mengindikasikan daging kambing relatif lebih menyehatkan, terutama terkait dengan penyakit kardiovaskuler. Selain itu, daging kambing juga mengandung conjugated linoleic acid (CLA) dalam kadar yang lebih tinggi. CLA diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan memiliki aktivitas antikarsinogenik.

Nahhh, semoga sekarang tidak mengkambinghitamkan daging kambing lagi yaa, tinggal mengantisipasi supaya daging kambing tidak membahayakan kesehatan dengan cara tidak makan berlebihan (yaa bisa 1-2 porsi setiap pekan) dan jangan digoreng (bisa nambah kadar kolesterol).

Makan seporsi sate klatak berasa kayak makan satu porsi sate kambing biasa. Penampakannya begitu menggiurkan, warna merah muda bercampur dengan sedikit bagian yang hitam karena agak gosong, apalagi cara penyajiannya dengan kuah gule kambing yang kental. Huhhhhh, maknyussss.

Muter-muterlah saya mencari sate klatak, kalau menuju ke Pleret Bantul tempat lairnya Sate Klatak kok jaraknya jauh banget dengan rumah, akhirnya pakai prinsip minimal didepan spanduknya ada tulisan “Sate Klatak Pak Titik-titik cabang JEJERAN”. Kalau dah ada tulisan cabang JEJERAN (asal muasal sate klatak terlahir, sekarang menjadi pasar jejeran) dapat dipastikan rasanya nendang, uenak dan uempukkk. Berhentilah kendaraan di depan warung sate, pokoknya yang ada tulisan JEJERAN, bisa dipastikan rasa dagingnya asin gurih dan uempuk, joss pokoknya.

Masuklah di warung itu dan bertanya pada kasir warung, “Mas kalau seporsi isi berapa?

“Kalau biasa yaa isi dua, kalau jomblo ehh jumbo isi tiga.”

Wahhh dikit benerrr, bathinkuuu, masih kurang rasanya kalau hanya pesan dua tusuk.

“Mas saya pesan lima tusuk yaa, minumnya jeruk anget, nggak pakai nasi.”

Sambil menunggu, duduk manis, baca-baca berita tentang tren sepeda yang sedang sangat-sangat marak sekarang ini, iseng-iseng buka olx liat harga brompton, kagettt bukan kepalang, ehhh ternyataaa sepeda lipat brompton harganya kok bisa sampai 135 juta rupiah. Kalau untuk beli cendol harga limaratusan bisa untuk berenang ini..hehehe.

Setelah beberapa saat sate klatak datang, lima tusuk seperti pesanan awal.

Rasa cemas, was-was dan khawatir dalam benak pikiran iniii, waduhhhh jangan-jangan tusuk satenya pakai ruji-ruji sepeda Brompton.

Makanlah satu tusuk sate klatak, rasanya memang sulit dijelaskan dengan kata-kata, uenakkk guyihhhh gaesss, lalu saya letakkan ruji diatas cawan bumbu sate.

Langsung saya searching harga ruji-ruji atau jari-jari sepeda brompton, weitzzz ternyata kok mahal jugaa yaa, berkisar antara 50 ribu sd 114 ribu sebijinya.

Mulailah berkhayal menghitung harga lima tusuk sate, kalau satu ruji saja 50 ribu, kalau lima ruji sudah 250 ribu belum termasuk satenya. Kalau harga sate satu tusuknya 25 ribu, kalau ditotal sudah 375 ribu. Belum lagi kalau harga ruji-rujinya ehhh ternyata 114 ribu, bisa buyarrr nieee mbayarnya, bisa-bisa ninggal KTP atau STNK sebagai tanggungan..hehehe.

Dengan penuh dengan rasa was was bathin saya mengatakan, jangan-jangan sekarang sedang ngetren “sate klatak, ruji brompton”, wahhh bisa buyarrr ini, belum lagi uang untuk beli bensin kendaraan saat perjalanan pulang dan anak-anak minta uang untuk jajan besok pagi. Dengan sangat perlahan habislah satenya, ngunyah cara kedokteran 32 kali..hehehe. Legaaaa rasanyaa, kenyanggggg.

Ulur-ulur waktu, sambil nyruput jeruk anget..sruputtttt..segellllll…

Tibalah saat pembayaran, dah lama saya duduk, 30 menitan spertinya, sampai bokong berasa gringgingen alias kesemutan.

“Mas habis berapa semuanya?”, tanya saya dengan percaya diri, “sate klatak lima tusuk, jeruk anget, tidak pakai nasi.”

Mas kasir njawab, “55 ribu Pak.”

Saya bertanya lagi,

“Mas ini ruji tusuk satenya pakai ruji sepeda apa?

Masnya menjawab, “pakai ruji sepeda onthel selain gazelle Mas”.

“Oalah, tak kiro ruji sepeda Brompton e Mas, bisa bangkrut saya Mas.”..hehehe..

Makanlah sate klatak, nilai gizinya tinggi, asal jangan pakai ruji sepeda Brompton.[]

Penulis: R. Wahyu Kartiko Tomo, Dokter dan Praktisi Kesehatan RSA UGM
Penulis: R. Wahyu Kartiko Tomo, Dokter dan Praktisi Kesehatan RSA UGM

Related Posts

1 of 3,049