NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Cendekiawan Muslim Nadirsyah Hosen menangkap kenyataan yang dialami mayarakat utamanya para pengguna telepon pintar di musim politik beberapa tahun ini. Kenyataan yang dimaksud ialah berjibunya informasi tidak jelas bahkan salah dengan dasar agama terutama Islam yang mana cepat beredar di media sosial.
Nadirsyah Hosen mencoba menjelaskan situasi dan kondisi tersebut melalui narasa segar yang ia bukukan dengan judul “Saring sebelum Sharing”. Melalui buku tersebut, ia mengajak bertabayun atas tiap info agama di medsos.
“Kita menghadapi serbuan berita dan info yang tidak jelas. Beredar di grup WA atau Instagram, penggalan terjemah hadis atau cuplikan kisah Nabi Muhammad Saw yang sayangnya sering dipakai untuk menghakimi praktik ibadah ataupun pilihan hidup orang lain, hingga pilihan di tempat pemungutan suara saat pilpres,” kata Nadirsyah dalam keterangan resminya, yang dilansir nusantaranews.co, Sabtu (9/3/2019).
Apalagi, kata dosen di Fakultas Hukum Monash University, Australia, sejak 2015 ini, kecepatan jempol kita mengklik tombol share membuat kita khilaf tidak memverifikasi atau bertanya dulu kepada mereka yang lebih paham.
“Tabayun di medsos menjadi terlupakan hingga berita hoaks menyebar dengan cepat,” ujar putra mendiang ulama KH. Ibrahim Hosen ini.
Menurut dia ada krisis pada masyarakat Muslim Indonesia saat ini. Antara lain kecenderungan memilih jalan instan dalam beragama, membabi buta dalam memaknai pesan agama, dan gemar menuduh dan menyalahkan sesama.
“Juga mudahnya memproduksi dan mendistribusi hoaks di media massa, dan sikap eksklusif kepada sesama Muslim maupun non-Muslim,” kata Rois Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama di Australia dan Selandia Baru ini.
Nadirsyah mencontohkan, ia dicaci-maki di media sosial karena menyebut istri Nabi Muhammad Saw, Siti Aisyah. Panggilan “Siti” dianggap tidak tepat karena tak terdapat dalam riwayat hadis.
Padahal, menurut Nadirsyah, “Siti” kependekan dari Sayyidati, sebuah panggilan kehormatan untuk keluarga Nabi sebagai adab dari para kiai.
Penjelasan-penjelasan semacam ini yang disampaikan Nadirsyah dalam buku terbarunya, Saring Sebelum Sharing. Lewat buku ini, Nadirsyah ingin mengajak untuk berhati-hati dalam beragama dan bermasyarakat.
Sekarad diketahui, untuk mengenalkan buku yang terbit pertengahan Maret ini, Nadirsyah akan menggelar bedah buku di beberapa kota, yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Jepara, pada 11-17 Maret 2019. (mys/nn)
Editor: Achmad S.