Artikel

Saracen Dinilai Bisa Picu Blunder Polisi

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Seorang wartawan senior Asyari Usman dalam ulasan artikelnya berjudul Saracen: Bumerang Bagi Polri menjelaskan dalam update penyelidikan Saracen oleh Bareskrim Polri dirinya menilai ada hal yang janggal dan ‘konyol’. Sebagaimana diketahui, sebelumnya Kombes Awi Setiyono dari Divisi Humas Polri, (25/8/2017) lalu telah menggelar penjelasan tentang kelanjutan kasus Saracen.

Setelah tiga “tersangka” ditangkap, saat ini kepolisian mengatakan bahwa pihaknya tengah “kesulitan” mengungkap pihak yang pernah memesan ke kelompok Saracen untuk menyebarkan ujaran kebencian berbau sara dan hoax.”

“Belum cukup bukti untuk mengungkap siapa pemesan dan kapan ada pemesanan”, adalah alasan yang disampaikan oleh Kombes Awi. Yang ada baru sebatas proposal yang mengindikasikan adanya pemesanan, kata beliau.

Jadi, manajemen Saracen sangat “business oriented“. Ada proposal segala. Mirip seperti paket promo travel biro. “Tapi, apa masuk akal kesulitan untuk membongkar pemesan? Bukankah Pak Polisi dengan mudah mendapati nama Eggy Sudjana dan seorang pensiunan tentara, Ampi Tanudjiwa, berada di struktur Saracen?” tulisnya.

Sementara giliran untuk mencari pemesannya, lanjut Asyari Usman, justru Polisi mengaku “kesulitan”? Baginya, hal itu tak mungkin. Sebab, dirinya percaya bahwa para penyelidik dan penyidik Polri adalah profesional-profesional yang tangguh dan terlatih. “Kita beri dorongan semangat kepada para penyelidik itu supaya bisa menuntaskan heboh Saracen,” ungkapnya.

“Kalau pun belum tentu ada hadiah langsung untuk Anda, yakinkan bahwa Anda akan mendapatkan pahala yang sangat besar untuk keberhasilan membongkar perkara ini. Apalagi andaikata Saracen seratus persen kasus fitnah, pahala Anda yang mengungkapnya menjadi belipat ganda. InsyaAllah!” cetusnya.

Mendengar kesulitan kasus Saracen ini, Asyari Usman mengaku teringat langsung “kesulitan” Polisi dalam mengungkap dan menangkap penyebar chat sex Habib Riziq Shihab (HRS). Padahal, kata para ahli Teknologi Informasi dan pertelekomunikasian, dirinya mengutip, penyebar chat sex HRS seharusnya bisa dilacak. “Memang sulit, tetapi tingkat kesulitannya tidaklah terlalu tinggi,” ujar dia.

Dirinya juga teringat ihwal “kesulitan” lain, yaitu ketika Polisi hendak melacak dalang penyiraman air keras terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Dalam kasus tersebut, Novel sempat mengatakan ada jenderal yang memesan penyiraman itu. Hal ini kata dia, mirip kasus Saracen. “Ada yang pesan berita hoax, tapi tak mudah diungkap. Ada yang pesan penyiraman air keras, tapi sulit dibongkar,” bebernya.

“Kita sangat maklum akan kesulitan yang dialami kepolisian. Cuma, kita pantas mengingatkan Pak Polisi bahwa kalau “kesulitan mengungkap” terlalu banyak diobral, bisa jadi nanti nilainya semakin lama semakin berkurang di mata masyarakat. Jangan terlalu banyak dilempar ke pasar Pak, supaya customer tidak merasa bosan,” pungkasnya.

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3