HukumPolitik

Saracen dan Fakta Sejarah Perang Salib

NUSANTARANEWS.CO – Berangkat dari gencarnya serbuan beragam ujaran yang dinilai bernada SARA di media sosial di era Presiden Jokowi ini, Satgas Patroli Siber melakukan monitoring dan penyelidikan terhadap pelaku pengunggah ujaran kebencian dan hoax bermuatan SARA tersebut.

Monitoring dilakukan lantaran dampak kegiatan yang dilakukan para pelaku dianggap dapat meresahkan para netizen dan berpotensi memicu disintegrasi bangsa. Monitoring dilakukan terhadap grup-grup Medsos serta para admin maupun akun individu.

Selanjutnya Satgas melakukan penyelidikan dilanjutkan penegakan hukum terhadap pengurus grup SARACEN dengan melakukan penangkapan terhadap 3 orang tersangka yakni MFT (Laki-laki, 43 tahun) ditangkap tanggal 21 juli 2017 di Koja, Jakarta Utara; SRN (Perempuan, 32 tahun) ditangkap tanggal 5 agustus 2017 di Cianjur, Jawa Barat; dan JAS (Laki-laki, 32 tahun) ditangkap tanggal 7 agustus 2017 di Pekanbaru, Riau.

Penangkapan tiga pelaku ini dibarengi dengan sejumlah barang bukti, salah satu adalah akun yang digunakan para pelaku untuk melancarkan aksinya. Atas penangkapan ketiga orang ini, warganet pun tertimbun rasa penasaran. Dalam waktu yang singkat, Saracen menjadi viral. Tanpa harus tahu dan ingin mencari tahu apa itu Saracen, warganet ikut berkomentar. Lantas apa dan siapa Saracen itu? Selain dipakai oleh para pelaku dalam menjalankan modus-modusnya?

Sejumlah artikel asal usul Saracen ditulis oleh sejumlah pihak. Tentu dengan data dan pengetahuan yang dimiliki. Kali ini NusantaraNews.co memilihkan salah satu artikel yang tersebar bebas di grup-grup warganet. Artikel berisi sedikit profil Saracen ditulis oleh Raidah Athirah. Berikut isi lengkapnya:

Di Indonesia, kata Saracen adalah kata yang benar-benar asing apalagi bagi masyarakat awam namun tiba-tiba saja kata ini bertebaran di media sosial dengan pengertian orang yang menyebarkan postingan kebencian, hoax dan provokasi SARA.

Baca Juga:  Dukung Di Munas Golkar 2024, Satkar Ulama Jawa Timur Beber Dukungan Untuk Airlangga

Saya sendiri mengingat kata ini pertama kali dari film King of Heaven yang mengisahkan sejarah perang salib dari sudut pandang Hollywood .

Munculnya kata ini sempat membuat saya bingung karena seingat saya kata ini hanya digunakan dalam pengertian yang merujuk kepada sejarah Islam dan Kristen terkait perang salib.

Kata ini dalam kamus memiliki pengertian yang sensitif

“Kata Saracen berasal dari Bahasa Yunani(Σαρακηνός), yang diduga berasal dari bahasa Arab شرقيين syarqiyyin (“orang-orang timur”), namun dugaan ini tidak memilik dasar yang kuat.[2] Istilah ini pertama kali dipakai pada awal masa Romawi Kunountuk menyebutkan sebuah suku Arab di Semenanjung Sinai. Pada masa-masa berikutnya, orang-orang Kristen Romawi memperluas penggunaan ini untuk menyebut orang Arab secara keseluruhan. Setelah berkembangnya agama Islam, terutama pada masa Perang Salib, istilah ini digunakan terhadap seluruh Muslim (orang Islam).Istilah ini disebarkan ke Eropa Barat oleh orang-orang Bizantium (Romawi Timur) dan Tentara Salib

Sejarah kata ” Saracen”  sendiri bukan lahir begitu saja melainkan merupakan kata yang digunakan oleh Kristen Eropa pada abad pertengahan untuk menggambarkan orang-orang Islam dari masa ke masa.Hal ini juga memiliki konotasi yang kurang baik

Sejarah singkat lahirnya kata Saracen bila merujuk dalam literatur sejarah. Saracen lahir jauh sebelum datangnya Islam. Kata ini merujuk kepada kelompok Barbarian yang mendiami jazirah Arab waktu itu. Saracen juga diduga berasal dari akar kata bahasa Semit yang artinya perampok, penjarah atau pencuri. Orang Yunani menyebut mereka sebagai Sarakenoi. Kata ini sudah umum digunakan untuk menyebut kelompok nomaden padang pasir yang suka merampok dan berperang.

Baca Juga:  KPU Nunukan Menggelar Pleno Terbuka Rekapitulasi Perolehan Suara Calon DPD RI

Sesudah datangnya Islam, sebagian besar penduduk Jazirah Arab memeluk Islam akan tetapi panggilan kepada mereka tidak berubah yakni orang Sarakenoi. Kata ini disebarluaskan oleh Kristen Eropa di abad pertengahan untuk menyebut orang-orang yang memeluk Islam sebagai bentuk diskriminasi keyakinan dan warna kulit.

Orang-orang Islam yang berasal dari Afrika Utara juga disebut dengan Saracen selain penggunaaan istilah kata Moron. Saracen kemudian menjadi istilah umum dikalangan bangsa Kristen Eropa untuk menyebut orang-orang Islam di masa  perang salib.

***

Saya mengapresiasi kerja bapak-bapak Polri dalam memerangi hoax dan hatespeech di medsos akan tetapi saya juga ingin mengajukan pertanyaan terkait penggunaaan istilah ini yang saya pikir sangat tendensius dan diskriminasi. Saya kira bapak-bapak sepaham bahwa Islam membenci kebohongan, apalagi menyebarkan berita bohong (hoax) dengan tujuan perpecahan.

Alquran sebagai pedoman umat Islam telah memberikan penjelasan yang terang. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].

Jabir Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya termasuk orang yang paling saya cintai diantara kalian, dan paling dekat dengan saya tempat duduknya pada hari kiamat; adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan sesungguhnya termasuk orang yang paling saya benci diantara kalian, dan paling jauh dengan saya tempat duduknya pada hari kiamat; adalah tsartsaarun (orang yang banyak bicara dengan berlebih-lebihan dan keluar dari kebenaran), mutasyaddiqun (orang yang banyak bicara dengan tidak hati-hati), dan mutafaihiqun.”

Baca Juga:  Kumpulkan Kader Potensial, Demokrat Tancap Gas Bahas Persiapan Pilkada Serentak di Jawa Timur

Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui makna tsartsaarun dan mutasyaddiqun. Apakah makna dari mutafaihiqun?” Rasulullah bersabda, “(Mereka adalah) orang-orang yang sombong (yaitu orang yang banyak bicara untuk menunjukkan kefasihan dan keutamaannya -pent).” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadis ini hasan.”)

Ada beberapa pertanyaan dan pernyataan yang merupakan bentuk keberatan saya atas penggunaan istilah ini: 1) Mengapa harus menggunakan kata dan akronim “SARACEN” untuk memerangi hoax dan hatespeech?; 2) Bukankah kata ini telah umum dalam defenisi sejarah yang selalu diasosiakan dengan umat Islam?; 3) Menyebarkan berita hoax dan melakukan hatespeech adalah tindakan kriminal, lantas ada kaitan apa antara kata SARACEN dengan para pelaku ini sehingga kata ini dipakai?; dan 4) Bila kata ini dipakai oleh media untuk menggambarkan pelaku penyebar hoax dan ujaran kebencian, maka saya sebagai seorang Indonesia dan seorang Muslim meminta pihak-pihak tertentu untuk melakukan pembelaan menggunakan istilah  pengguna medsos.

Saya menganggap penggunaan istilah ini merupakan bentuk “Ancaman, Diskriminasi dan Rasisme kepada umat Islam” dari pihak-pihak tertentu  kepada  para pengguna medsos. Pelaku penyebar hoax dan hatespeech adalah hal  berbeda bila dikaitkan dengan sikap kritis. Saya menolak pelaku kejahatan medsos disebut SARACEN karena saya, kami dan semua umat Islam adalah SARACEN.

Penulis: Raidah Athirah
Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 3