Puisi

Sangkolan

Puisi Sugik Muhammad Sahar
Sangkolan

Siapakah dalam nestapa berani
Merindukan syair-syair negeri sendiri
Sudahlah, tak perlu lagi kau dengarkan sajak kusam ini
Selipkan saja di kain kafan para petani
Sebelum pesan benar-benar disudahi
Padahal kau tak tuli
Sudahlah, di tanah itu
Jangan sebut lagi ladang tembakau
Yang pada tiap tangkai emasnya
Hanya mampu ditebus tengkulak keringat
Padahal kau melihat

Di luar sana
Anak-anak sibuk membuat layangan
Aku ingin menerbangkan cita-cita, katanya
Tapi mereka sudah terlanjur mabuk
Dari gelas-gelas anggur yang kau tuang ke bubung mimpi
Dan membuat simpul mata tali
Putus sebelum benar-benar meninggi

Kampung dikepung
Gunung digulung
Sumsum dipasung
Adakah yang mampu menyempurnakan
Sabit jadi purnama, ah

Ada kata yang tersekap di pintu Suramadu
Mungkin itu rindu, membeku
Tapi kita tetap berangkat menuju hulu
Menggantinya dengan poster berwajah gentayangan
Menguburnya dengan aneka isyarat perjanjian
Bahwa: Tidak ada yang menanti siapapun
            Kita akan pergi sendiri
            Menggulung angan sendiri
            Menemukan diri sendiri
            Kusut dengan penyesalan yang tak mampu diperbaiki

Sangkolan ini hanyalah basi igauan
Di saat mana kita selesai makan

Pamekasan 2017

Sugik Muhammad Sahar lahir di Pamekasan, 30 Mei 1985 Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan 69382. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura. Tahun 2017 karya-karyanya pernah dipublikasikan di: Radar Madura, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Jawa Post, Haluan Padang, Banjarmasin Post dan lainnya. Antologi bersama penyair lain: Kumpulan Puisi “Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata” Bangkalan Madura 2017. Saat ini mengabdi di Lembaga Ponpes Al-Hasan Putri.

Related Posts

1 of 126