Peristiwa

Sampaikan Informasi Tak Benar, Dwi Hartanto Mengaku Khilaf

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Baru-baru ini telah viral desas-desus mengenai prestasi seorang pemuda asal Yogyakarta Dwi Hartanto. Pria berusia 28 tahun itu dikabarkan akan mendapat gelar profesor. Ini menyusul hasil capaian risetnya yang ia klaim dahsyat. Bahkan lantaran risetnya itu, dirinya mengaku banyak tawaran terhadapnya untuk berpaspor Belanda.

Dimana riset-riset dirinya bersama para guru besar dari Technische Universiteit (TU) Delft selama ini menggarap bidang national security Kementerian Pertahanan Belanda, European Space Agency (ESA), NASA, Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), serta Airbus Defence.

Sementara salah satu riset sensitif yang dia garap adalah teknologi roket untuk militer dan misi luar angkasa. Dwi juga mengaku menggarap satelit untuk riset luar angkasa serta pertahanan dan keamanan (hankam). Tak hanya itu, dirinya sempat mengatakan turut terlibat pula dalam penyempurnaan teknologi pesawat tempur Eurofighter Typhoon generasi anyar milik Airbus Defence.

Namun, setelah viral kabar tersebut, pemilik nama lengkap Dwi Hartanto itu kemudian mengaku meminta maaf kepada publik Indonesia. Mengenai prestasi yang ia capai selama ini, Dwi mengaku sengaja melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya selama di Belanda.

Baca Juga:  Tim SAR Temukan Titik Bangkai Pesawat Smart Aviation Yang Hilang Kontak di Nunukan

“Saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi-informasi yang tidak benar terkait dengan pribadi, kompetensi, dan prestasi saya,” tulis dia melalui surat klarifikasi dan permohonan maaf yang diterima Antara di Jakarta, Minggu (8/10/2017).

Berbagai prestasi yang selama ini diklaim Dwi, membuatnya dianugerahi penghargaan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. Sebelum akhirnya, KBRI Den Haag mencabut penghargaan tersebut.

Pencabutan dilakukan setelah alumni dan PPI Delft menginvestigasi berbagai klaim prestasi Dwi. Hasil investigasi itu mementahkan semua klaim pencapaian itu mulai dari fakta soal pertemuannya dengan BJ Habibie, latar belakang pendidikan hingga prestasi di bidang antariksa.

Dwi mengakui dirinya salah, khilaf dan tidak dewasa yang menyebabkan munculnya informasi tidak sesuai kenyataan dan manipulasi fakta.

“Saya mengakui dengan jujur kesalahan/kekhilafan dan ketidakdewasaan saya, yang berakibat pada terjadinya framing, distorsi informasi atau manipulasi fakta yang sesungguhnya secara luas yang melebih-lebihkan kompetensi dan prestasi saya,” paparnya.

Baca Juga:  FKMPK Nunukan Gelar Mubes Ke-V

“Perbuatan tidak terpuji/kekhilafan saya seperti yang tertulis di dokumen ini adalah murni perbuatan saya secara individu yang tidak menggambarkan perilaku pelajar maupun alumni Indonesia di TU Delft secara umum,” tulis Dwi. (*)

Editor: Romandhon

Related Posts