Sajak-Sajak Lianna Putri Sri Musniawati
Matinya Calon Penyair
Terkisahlah di suatu perkampungan kumuh
Seorang anak kecil berceloteh riuh
Mengerutkan kening tanda serius
Apa yang ia celotehkan?
Sajak Chairil Anwar!
Terkisahlah di suatu perkampungan kumuh
Induknya datang menenteng muka masam
Lantas bertanya apa lah cita-cita anak itu kelak
Si anak menjawab, “Aku ingin jadi penyair, Mak!”
Ia jilat umbelnya yang melorot pelan kemudian
Terkisahlah di suatu perkampungan kumuh
Pergumulan masygul emak dan anak
Yang satu menghunuskan panci, yang satunya lagi menghunjamkan kumpulan puisi
“Kalau mau kaya jangan jadi penyair. Kau pandai ronce kata, jadilah pejabat!”
Si anak minggat
Terkisahlah di suatu perkampungan kumuh
Periuk si emak kini selalu terisi penuh
Mulutnya tak henti komat-kamitkan do’a buat sang anak nan patuh
Hingga dengan lancangnya aroma busuk datang menusuk-nusuk
Bau bangkai tikus!
Terkisahlah di suatu perkampungan kumuh
Berita di tivi bikin ricuh
Semua koruptor sukses dibunuh
Semarang, 6 Maret 2018
Anjing!
Anjing!
Apalah bedanya aku dengan
Anjing?
Melompat-lompat girang
Lantas lidah terjulur senang
Kala sang tuan lemparkan kayu agar dikejar
Disangka itu permainan
Padahal lagi dipermainkan
Menggonggongkan tawa
Sebab bahagia setengah gila
Waktu diberi pakan sisa
Tulang hasil pergumulan
Gigi-gigi berlendirkan rabiesnya si tuan
Melolongkan tangis
Menyalakkan “guk guk”
Mondar-mandir gusar di ujung pagar
Dan menanti
Sampai akhirnya mati
Yang dinanti sedang cari kucing imut buat pengganti
Anjing!
Jadi sekarang apa bedanya aku dengan
Anjing?
Semarang, 12 Maret 2018
Yang Katanya Sakral
Segampang itu kah memilih cinta?
Yang katanya sakral
Hanya bermodal tampang
Seluruh harga diri langsung diberi tanpa kurang
Segampang itu kah memilih cinta?
Yang katanya sakral
Sebab seekor lalat saja lama memilah
Mana tahi paling busuk buat dijadikan rumah
Segampang itu kah memilih cinta?
Yang katanya sakral
Bahkan di rumah bordil pun si hidung belang kebingungan untuk menunjuk
Kupu malam macam apa yang kuat terbangkan ia semalam suntuk
Semarang, 9 Maret 2018
Bolehkah?
Bolehkah awak tertawa?
Menatap pematang yang kian kerontang
Gubuk setengah ambruk
Ceracau pipit-pipit nan kacau
Bolehkah awak tertawa?
Memandang tempat yang makin cacat
Tergerus kerasnya alur waktu
Terlindas kenangan nan telah lalu
Bolehkah awak tertawa?
Walau tanpa kawan ‘tuk saling berbalasan
Sebab kawan itu ialah kau seorang
Yang telah lama pergi untuk berpulang
Bolehkah awak tertawa?
Karena lelah sudah tumpahkan air mata
Semarang, 23 Agustus 2017
Lengking Proletar
Aku memang proletar
Tapi lengan bajuku panjang
Tak macam borjuis
Ke mana-mana cuma telanjang
Aku memang proletar
Yang tangannya di bawah
Buat minta sedekah
Tak macam borjuis
Yang tangannya di atas
Biar bisa merampas
Aku ini proletar
Kaum-kaumnya orang telantar
Berserakan di trotoar
Disepak-sepak betis besar
Borjuis kasar berbisa ular
Semarang, 16 April 2018
Banjir Kenangan
Deras hujan siang ini
Airnya mengetuk-ngetuk atap
Tempias
Beranda rumahku basah
Terkenang aku
Kecupan manismu tempo waktu
Aku tenggelam
Semarang, 12 Februari 2019
Bakpao Hitam
Empat anak jalanan
Lagi tidur-tiduran
Dua telungkup dua telentang
Mengundang
Sekerling pandang
Pantatnya hitam setengah telanjang
Hiasi Tawang
Danau Tawang, 12 Februari 2019
Lianna Putri Sri Musniawati, lahir di Semarang, 12 November 1998. Menyukai sastra sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, dan mulai aktif menulis saat menempuh pendidikan di jenjang SMK. Selain menulis, ia juga melukis serta menerima pesanan lukisan realis. Karyanya pernah dimuat di media massa seperti Satelit Post, Potret Aceh, dll. Cerpen-cerpennya juga termaktub dalam berbagai antologi bersama di antaranya Jiwa yang Tak Tergantikan (2016), Penyejuk Hati (2016), Denting Sepi Sang Pengelana (Sabana Pustaka, 2017) dan Gajah Terbang Pembawa Kebaikan (Bakul Buku Indonesia, 2018). Kemudian beberapa puisinya yang masuk dalam antologi puisi yaitu Derap-Derap Kematian (Parade Puisi, 2017), Tempatku Berlabuh (Penerbit Lasaripi, 2017). Setelah bulan lalu menjadi juri di Lomba Cerpen Nasional yang diadakan oleh Event Hunter Indonesia, kini ia sedang sibuk menjadi juri lomba penulisan cerpen lagi untuk PT Kreasindo Digital Konten.