Puisi

Sajak-Sajak BB Soegiono

bb soegiono, sajak-sajak, sajak bb soegiono, kumpulan sajak, nusantaranews
B.B Soegiono. (Foto: Dok. Pribadi)

Sajak-Sajak BB Soegiono

 

16. 03 WITA

bersama anak kecil
dua wanita dua pria
kita berjalan mencari
sampah plastik si racun tanah

mereka empat orang
melompat-lompat riang
didekat sungai kecil
yang kumuh dan berair hitam

semakin jauh anak-anak
semakin banyak
membantu kita
makin lama makin lelah
sampah-sampah makin saja
tidak habis dimakan tempat
yang kita bawa dari kontrakan

Singaraja, April 2019

 

Jika Datang

ketika pemberontakan datang
kata-kataku akan pulang
sebab telah menyelesaikan tugasnya
menjadi seorang buruh yang tidak takut
dengan kematian yang mengancam

jika kata-kata itu telah tiba
maka hati-hatilah penguasa
kembalikan hak-hak sesungguhnya
yang kau rampok dari kursi kedudukan
yang tidak diperizinkan dibantah
dan ditegur

katakan maumu hari ini!
di antara pagi, siang, sore, dan malam
yang selalu panas dan menggerahkan
semenjak lidahmu menjadi pintar
dimusim kampanye
dengan busuk-busuk janji
yang kau gerai ke setiap telinga orang-orang

setelah itu, tanah diambil atas dasar kepentingan
pekerjaan dirampas
rumah digusur
tidak peduli penghuninya, akan tinggal di mana?

jangan begitu!
kursi yang kau duduki karena kami
barisan orang-orang miskin
mempercayai tempo hari
yang kemudian menjadi ancaman serius
kemerdekaan mulai dipunah
hak menjadi sepihak
dalam keputusan-keputusan yang kau anggap bijak

memotong nilai-nilai
yang seharusnya menjadi pedoman pemimpin
dalam menjalankan tugas terhormat
yang hari ini kau jalankan dengan hianat
ketika kau jagal suara-suara dengan aparat
yang seringkali mengancam nyawa
dengan bodyguard
yang dibayar untuk membubar
dan tangan-tangan polisi
yang menodongkan pistol
seenak saja

tapi, ketakutan telah kami perkosa
sebelum datang kemari
menuntut kebenaran
menjadi pilihan yang tidak dipilih sewaktu lahir
tapi tetap akan membakar
menjadi nyawa kedua
sampai pemimpin mempertanggungjawabkan kesalahannya
kalau tetap angkuh!
maka akan kami tebang selayaknya
pohon-pohon dihutan yang raib
menjadi duit
ditukar dengan mobil-mobil
rumah-rumah mewah
menjamin kehidupan anak bini
tidak seperti kami yang masih menjerit
keringat tumpah
ketiak basah dengan kebusukan
yang kau obral dengan dasar kepemimpinan

maka cepatlah pilih!
turun sendiri
atau diturunkan

Singaraja, Maret 2019

Setelah Selesai

setelah pemilu datang
orang-orang berpesta
kata demokrasi. dijunjung
setelah pemilu selesai
presiden akan segera naik
tinggal di istana

namun petani, buruh dan kuli
akan kembali pada kerjanya
tidak dibuat lebih nyaman
meski darah hampir dikorbankan
dalam masa berkampanye.
aksi turun jalan
desak di lapangan
menyumbang suara

Singaraja, April 2019

Bulan

bulan hadir diluar jendela
di ruang tamu berkeliling besi
awan menyambut seperti tirai
seakan menjaga kedua bola mata
takut kerikil-kerikil dan debu masuk
mengganggu merusak parasnya

sepasang pohon kamboja
di atas mobil agya dan kijang inova
berbatang kokoh, berdaun sepi
tersentak suara burung-burung gagak
menantang agar menjadi takut
namun telah tidak mungkin
sebab kuburan pun sudah tidak jadi keramat

semua seakan menjadi tempat berpesta
ketika kau suguhkan pesona
dengan berani
tidak berhianat
dan menjilat!
jangan tinggalkan lagi
seperti ketika hujan menyerbumu, dulu
dan kau merasa terusir
lari ke balik langit
sambil berteriak
menyamar di antara suara lolongan anjing
yang terlihat dari dalam jendela kamar
yang terbuka sekian senti.
Singaraja, April 2019

Ampun!

ketika memilih berhenti melawan,
yang terpikir hanyalah menjadi pecundang
yang melarikan diri pada sejumlah kata-kata
bahkan ingin menangis beribu kali
tapi tidak ada pundak untuk bersandar,
atau baju yang mengikhlaskan dirinya
menjadi penghapus air mata
yang ditelan kesedihan
dengan kedua mata yang mengutuk dirinya
pada perasaan yang tumpah
sebelum dibunuh dengan segala pura
yang ditutupkan dalam rautan luka
yang membusuk jadi bangkai
yang memperalat bahasa
sebagai busur yang memanah tanpa arah

Singaraja, April 2019.

Sajak Orang Bodoh

jika menjadi sama merasa nyaman,
kenapa harus berbeda?
jika menjadi berbeda merasa indah,
kanapa harus bertentang?
jika ketika bertentang merasa bersalah,
kenapa tidak dihentikan?
jika ketika dihentikan merasa tak bebas,
kenapa ingin membunuh?
jika sudah membunuh merasa percuma,
kenapa tidak berhenti?
jika sudah berhenti merasa tak sia-sia,
kenapa terulangi?
jika saat terulangi merasa tak menyelesaikan,
kenapa masih kukuh ingin berkelahi?
jika ingin berkelahi merasa terlarang,
kenapa tidak sadar?
jika ingin sadar merasa dijatuhkan,
kenapa tidak itu yang dilawan?
jika saat dilawan merasa berhasil,
kenapa tidak bangga?
jika saat bangga merasa bahagia,
kenapa tidak tertawa?

tertawalah!
ha.ha.ha.ha…..
ha.ha.ha.ha…..

musuh kita sudah dekat
bahkan sejak lahir
menjadi darah dan daging

“siapa musuh kita sebenarnya?
bukankah keluarga kita orang-orang baik?
lalu siapa musuh kita?” tanya seorang wanita.

musuh kita sangatlah dekat
bukan mereka yang di sana
bukan dia yang di situ
bukan kamu yang di sini
bukan juga mereka yang berbeda rumah
bukan dia yang berbeda desa
bukan kamu yang berbeda agama

tapi musuh kita adalah diri kita
yang bagitu angkuh
dan membenarkan dirinya sendiri

Singaraja, April, 2019

 

B.B. Soegiono, lahir di Tempuran, Bantaran, Probolinggo, tanggal 11 Oktober 1996. Kini mengembara di Singaraja—menjadi seorang penyair, cerpenis dan esais. Motto: Bodoh Adalah Cara Untuk Hidup. Bisa dihubungi melalui email [email protected] dan Instagram b.b.soegiono –.Dia merupakan penulis buku antologi puisi yang berjudul Saga Mentari.

Related Posts

1 of 3,050