Puisi Galang Pambudi Anggara
Sajak Bor Pagi
Deru bor
Melubangi atap putih
Pelan dan berisik
Debunya menggelayut tipis menurun syahdu
Dan si bapak yang mengernyitkan dahi
Di sekelilingnya bertumpuk rapih buku
Jurnal bermacam disiplin ilmu
Juga bertumpuk tugas akhir
Yang diam diam sudah usang juga
Deru bor
Membuat lingkar kecil atap putih
Pelan laju sungguh bising
Remahnya bergelatuk jatuh berceceran
Dan maha siswa terpaku pada layar bersinarnya
Di setiap daun telinganya tersumpal gumpalan
Kanan kiri menyampai dentum nada
Berusaha tidak peduli dan malas peka
Deru bor
Memutar brengsek
Ganas dan meracau
Sungguh tidak peduli sekitar
Dan beberapa pikiran kami
Bercabang rasa terganggu
Tapi memang tidak peduli lagi
Pada lubang atau cercau jarum besi
Deru bor
Menusuk panas permukaan langit langit
Bisa saja itu rupiah
Tiap lubang tiap receh
Kami lebih tidak peduli
Ini Cuma perkara masing masing saja
Bapak dengan remah receh
Kami dengan remah revisi
Deru bor
Ada henti juga hentak
Malah disambut ketuk palu besi
Memekak seluruh ruang
Dan kami biarkan
Pekak bising gaduh
Bapak dengan remah receh
Kami dengan remah revisi
Beberapa Lamunan
Beberapa,
Sudah nyaman sejak lahir
Lupa pada
proses
Beberapa,
Berkecimpung peluh dari hulu
Sujud menghamba pada hasil
Beberapa,
Sudah nyaman, lalu lupa
Beberapa
Lari pada jutaan usaha,
Menjumpa akhir yang binasa
Beberapa,
Sederhana saja
Lalu bahagia
Palagan, 25 Mei 2016
Cerita Bapak Bor
Selamat pagi, nak
Semoga pagimu baik
Walau cerca borku membuyarkan fokusmu
Kuharap engkau masih bisa menikmat kopi
Siang nanti
Selamat pagi, nak
Sudikah kiranya jika saya berbagi
Sedikit cerita dan bukan nasihat
Sebab kupikir berbagi itu baik
Selamat pagi, nak
Ceritaku bukan igauan tentang kemewahan
Atau tentang lari kecil yang membuat semua orang
Berduyun duyun menghambanya
Pada singgasana untuk terlihat dan melihat
Selamat pagi, nak
Ku awali dari bagaimana kami mengayuh pedal
Lalu menapaki satu satu tangga menjulang mewahmu
Sebab disana seseorang telah memintaku
Untuk menata ruang pemuas dahaga jiwa
Selamat pagi, nak
Kusematkan salam itu
Lewat hati dan angin lalu yang silir
Sebagai permulaan kisahku mengalir
Kadang tak cukup pagi saja, nak
Saat energi diatas ubun ubun
Juga deru kumandang Ashar
Yang kadang kala kita abaikan
Perkara keringat yang menguras
Tenaga, juga akal ikut memutar
Demi segumpal daya
Yang kusemai pelan penuh sayang
Tak cukup satu serabutan saja, nak
Asal itu bikin kenyang
Dan sedikit pintar
Ku bagi lagi tubuh lungsuh ini
Atas nama harta kecilku itu
Letih bukan masalah
Asal dia senyum penuh bungah
Kuharap juga berseragam gagah
Cukup sudah sepenggal ceritaku, nak
Ini cuma perkara batin dari batin
Perkara aku dengan perut kenyangku
Atau kamu dengan rasa nyamanmu
Galang Pambudi Anggara, penulis puisi tinggal di Yogyakarta. Bisa menjalin komunikasi via online di Fb (Galang Pambudi Anggara) dan Twitter (@galangpribumi).
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].