Puisi Dwi Pratiwi
Irama Rasa
Di ujung hari
Masih menanti
Sabar dan tahu diri
Betapa rindu menggebu debu
Ingin segera berlayar
Dan menepi
Tetapi kumasih terdiam
Di balik jendela
Hembusan angin menerpa kaca
Irama rasa yang bersarang
Tak terjangkau
Terlalu dalam
Geram
Iya aku paham
Kamu geram
Ingin rasanya balas dendam
Tapi, bukankah amarah seharusnya diredam ?
Namun bukan pula hati yang akhirnya memendam
Coba sejenak menyendiri dalam diam
Renungkan dengan mata terpejam
Saat Perempuan Memasuki Waktunya
Terlibat menjadi rumit
Perasaan dipermainkan
Emosi tak terkontrol
Sadar seperti orang tolol
Bagaimana ku menyikapi
Sikapmu yang
Seolah tak perduli
Patik
Kita adalah kelekar di sepertiga malam
Sisa dari luka yang ditawakan pura pura
Matamu berbahaya
Meski sekilas senyum menggurat bahagia
Purwokerto, 9 Maret 2019
Dwi Pratiwi, tanpa biodata.
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected]
Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co