NUSANTARANEWS.CO, Suriah – Sebuah perang propaganda kembali terjadi dalam konflik Suriah. Amerika Serikat dan Rusia saling melempar tuduhan setelah sedikitnya 42 warga sipil tewas yang diduga akibat tersedak bahan kimia.
Dikatakan perang propaganda karena AS dan Rusia saling tuduh-menuduh di tengah kenyataan warga sipil merenggang nyawa di sebuah kota di Suriah, Douma, yang terletak di timur Damaskus. Douma diketahui merupakan salah satu basis kelompok kontra (pemberontak) pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad.
New York Times melaporkan para pemberontak Douma pada Mingu (8/4) sebenarnya sudah setuju untuk menyerahkan daerah tersebut kepada pemerintahan Bashar Al-Assad. Namun, perang propaganda melalui aksi saling tuduh terkait tewasnya warga karena zat kimia tampaknya telah mengurungkan niat para pemberontak untuk menyerah dan kembali menyerukan perlawanan.
Tak hanya AS yang terlibat dalam perang propaganda ini, negara-negara Uni Eropa juga senada dengan Presiden Donald Trump yang menuduh Rusia, Iran dan Bashar Al-Assad di balik semua insiden nahas tersebut.
Baca juga: Rusia Ungkap Cara AS Gunakan Senjata Kimia di Suriah
Namun Rusia, Iran dan Damaskus membantah tegas tuduhan AS dan Uni Eropa serta menyebutnya sebagai perang propaganda yang dilancarkan barat belaka. Kantor berita TASS melaporkan, Kementerian Luar Negeri Rusia membantah semua tuduhan AS dan Uni Eropa serta menyebutnya sebagai berita palsu dan propaganda. “Penggunaan klorin atau zat kimia lainnya oleh pasukan pemerintah (Suriah) adalah berita palsu. Tentang dugaan serangan kimian di Douma merupakan informasi palsu,” kata Kemenlu Rusia.
Menurut Rusia, tuduhan yang dilancarkan AS dan Uni Eropa terkait serangan gas saraf di Douma sengaja didesain untuk membenarkan serangan militer terhadap pemerintah Suriah. “Tujuan dari informasi palsu ini adalah untuk melindungi kelompok teroris dan oposisi radikal yang tidak mau berdamai, menentang penyelesaian politik,” kata Kemenlu Rusia lagi.
Isu serangan kimia di Douma sangat gencar diberitakan media-media barat. Tak hanya menyebutnya sebagai informasi palsu, Kemenlu Rusia juga mengatakan serangan zat kimia yang dijatuhkan di Douma merupakan dalih palsu yang dituduhkan kepada Rusia, Iran dan pemerintah Suriah. “Tentara tetap berada di bawah permintaan pemerintah Suriah yang sah, intervensi militer di bawah propaganda palsu di Suriah tidak dapat diterima dan berpotensi memicu konsekuensi yang lebih parah,” katanya.
Kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia dalam Urusan Perang Suriah Mayor Jenderal Yuri Yevtushenko bahkan menuding balik propaganda AS dan Uni Eropa di Douma. Menurut Yevtushenko, tuduhan terkait zat kimia telah dijatuhhkan di Douma oleh pasukan bersenjata Suriah berasal dari sebuah organisasi relawan, termasuk Helm Putih (White Helmets). Organisasi-organisasi non-pemerintah ini dinilai Yevtushenko sebagai relawan yang paling terkenal membuat informasi palsu sebagai bagian dari sebuah propaganda. (red)
Editor: Eriec Dieda