Mancanegara

Rusia Telah Mengirim ‘Spesialis’ Militer ke Republik Kongo

Rusia Telah mengirimkan Spesialis Militernya
Rusia Telah mengirimkan Spesialis Militernya ke Kongo dalam rangka mempererat kerjasama bilateral kedua negara. Di latar belakang terlihat Tank T-72 dalam sebuah parade militer di negara itu.

NUSANTARANEWS.CO – Rusia telah mengirim spesialis militer ke Republik Kongo dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki alutsista buatan Uni Soviet – sebagai langkah strategis Moskwa dalam menciptakan koridor Afrika. Kerjasama bilateral Rusia dan Republik Kongo baru-baru ini memiliki arti sangat penting bagi Rusia guna melengkapi puzzle geopolitik Afrikanya.

Sejak Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena unifikasi Krimea pada tahun 2014, Moskwa telah menandatangani 20 kesepakatan kerja sama militer di Afrika sub-Sahara, termasuk dengan Ethiopia, Nigeria, dan Zimbabwe.

Koridor Afrika yang dimaksud adalah mulai dari pantai Laut Merah Sudan ke Atlantik Kongo, lalu menuju Republik Afrika Tengah. Bila puzzle ini tersusun maka strategi besar Rusia abad ke-21 dapat mengimbangi kekuatan AS di Afro-Eurasia.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Meskipun kerjasama bilateral ini bersifat teknis, namun bagi Rusia, pada dasarnya hal itu benar-benar melengkapi rencana besarnya untuk menciptakan koridor “Transversal Afrika”.

Sementara itu, Rusia juga telah mulai aktif mengirimkan kontingen kecil pasukan militernya ke Republik Afrika Tengah (RAT) bekerja sama dengan tentara bayaran Wagner di bawah naungan payung DK PBB untuk menjaga stabilitas negara yang kaya sumber daya ini. Sebagai kekuatan penyeimbang baru di Afrika – Rusia mencoba model keamanan demokratik untuk melawan model “Peperangan Hibrid” yang telah dilancarkan oleh AS selama ini.

Ketika Rusia mulai membuat kemajuan dalam menstabilkan RAT, sukses ini telah membuka banyak peluang untuk mereplikasi pengalamannya dari intervensi Suriah – guna mempertahankan keuntungan strategisnya di Afrika.

Rusia mencoba mengimbangi pengaruh kekuatan AS dan Cina di Afro-Eurasia dengan menerapkan kombinasi diplomasi dan militer untuk membuka kanal baru akibat dari konsekuensi kacau Perang Hibrida AS di belahan bumi timur. Kelemahan Rusia dalam memfasilitasi solusi politik untuk krisis regional ini, adalah belum jelasnya gambaran rencana tersebut dengan baik kepada dunia internasional.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

Namun demikian, intervensi militer Rusia yang kreatif di RAT, dan telah membawa banyak kemajuan dan menciptakan stabilitas di negara Afrika tengah itu dengan biaya rendah – membuat banyak negara Afrika lain ingin agar Moskwa berbagi stabilisasi bagi negara mereka.

Dengan banyaknya peluang di negara-negara Afrika itu, Rusia dapat menyempurnakan dan memodifikasi model militer-diplomatiknya yang baru, dan bisa dijadikan contoh bagi solusi konflik di tempat lain. Dengan demikian, ke depan, Rusia tampaknya dapat mempertahankan dan memperluas keuntungan strategisnya di Afrika. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,073