MancanegaraPolitik

Rusia Muncul Menjadi Kekuatan Global Baru di Afrika

Koridor Transversal Rusia
Koridor Transversal Rusia

NUSANTARANEWS.CO – Rusia kini muncul menjadi kekuatan global baru di Afrika. Benua Afrika kini menjadi wilayah rebutan pengaruh oleh kekuatan negara besar. Rusia yang kini mulai bangkit mencoba mencari peran baru untuk membina kembali hubungan dengan negara-negara Afrika sekutu Soviet dulu – sebagai langkah terobosan mengejar ketertinggalannya dalam memasuki benua hitam tersebut.

Dengan sebuah visi besar, Moskwa mencoba menjadi kekuatan penyeimbang di Afro-Eurasia dengan memainkan strategi kombinasi diplomasi dan intervensi militer kreatif untuk memadamkan kekacauan perang hibrida yang dilancarkan oleh AS di belahan bumi timur.

Dalam konteks ini, perang hibrida, secara sederhana dapat digambarkan sebagai konflik identitas yang diprovokasi secara eksternal (oleh AS) yang pada gilirannya mengganggu stabilitas negara sasaran. Dalam konteks yang lebih luas (Afrika), secara sinis dapat dikatakan sebagai upaya menyabot proyek Jalan Sutra Cina.

Baca: Strategi “Transversal Afrika” Rusia di Abad Ke-21

Keterlibatan Moskwa dalam penyelesaian konflik di Republik Afrika Tengah (RAT) dan mampu mengatasi kekacauan perang hibrida yang berkepanjangan, secara langsung telah menaikkan pamor Moskwa di Afrika. Keberhasilan misi Rusia di RAT tersebut, telah dikonfirmasi oleh PBB.

Baca Juga:  Sampaikan Simpati dan Belasungkawa, PPWI Lakukan Courtesy Call ke Kedubes Rusia

Kemajuan Rusia ini, justru menimbulkan kekhawatiran AS akan kemungkinan besar meningkatnya pengaruh Moskwa di Afrika. Bahkan bisa saja aktivitas militer resmi Rusia di Afrika disalahartikan oleh Washington sebagai saingan geopolitik. Apalagi Rusia terbukti mampu menstabilkan RAT yang dianggap hampir tidak mungkin diselesaikan secara politik. AS khawatir bila Moskwa menggunakan aset yang dipelajarinya untuk melindungi investasi Jalur Sutra Afrika Cina dari Perang Hibrida yang dilancarkan AS.

Tanpa disadari, Afrika telah mengalami hampir satu dekade suksesi kepemimpinan tanpa pemilihan umum di seluruh benua – sehingga meningkatkan kepemimpinan “warisan” di tempat-tempat seperti geo-pivotal Congo. Oleh karena itu, model “Keamanan Demokratik” yang ditawakan Moskwa dalam menyelesaikan konflik di RAT menjadi pilihan menarik. Model “Keamanan Demokratik” yang berbiaya rendah ini, kini mulai diminati oleh banyak negara Afrika.

Baca: Dua Isu Global Paling Berpengaruh di Benua Afrika

Bila Moskwa mampu menciptakan stabilisasi di banyak negara Afrika, pada gilirannya akan sangat menguntungkan proyek Jalur Sutra Baru Global (JSBG) Cina di Afrika. Dengan demikian, Rusia memiliki peluang besar untuk membangun aliansi strategis militernya sendiri di Afrika untuk membantu proyek mitranya, Cina dan Turki, sekaligus meningkatkan nilai keseluruhan bagi kepentingan negaranya masing-masing.

Baca Juga:  Asisten Administrasi Umum Nunukan Buka Musrenbang Kewilayahan Dalam Rangka Penyusunan RKPD Tahun 2025

Manuver diplomasi militer Rusia di Afrika telah membuka jalan baru sebagai terobosan dalam penyelesaian perang hibrida yang telah berlarut-larut di Afrika, seperti kasus di Republik Afrika Tengah. Bukan itu saja, langkah kerjasama militer Moskwa baru-baru ini dengan Republik Kongo, yang dulu sekutu dekat Soviet, merupakan langkah jenius dalam menempatkan posisi Rusia di Afrika. Betapa tidak bila Moskwa telah membuat garis batas yang membelah Afrika dari Laut Merah hingga Laut Atlantik melalui Sudan, Afrika Tengah dan Kongo.

Baca: Rusia Telah Mengirim ‘Spesialis’ Militer ke Republik Kongo

Dengan demikian, pijakan Rusia di Afrika bukan saja tepat berada di tengah benua, tetapi juga sebagai penyeimbang dua isu global yang mempengaruhi kebijakan politik negara-negara Afrika. Rusia kini muncul sebagai kekuatan alternatif yang mulai dilirik banyak negara Afrika. Apalagi dengan Visi Gerakan Non-Blok Afrika yang dilontarkannya. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,073