Traveling

Rumoh Kaphe, Wisata Sejarah Perjuangan Teuku Umar

NUSANTARANEWS.CO – Pada masa perjuangan Teuku Umar dan perjuangan Poe cuet Baren memperjuangan kemerdekaan Indonesia, Belanda membangun banteng pertahanan yang kemudian dikenal “Rumoh Kaphe” oleh orang woyla.

Gedung bersejarah ini terletak di hulu krueng Woyla. Letaknya cukup strategis, tepatnya di lembah sungai yang menuju pantai Suak Seumaseh di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Dulu, Belanda menjadikan tempat ini sebagai penyergapan para tawanan dan masyarakat Aceh yang menentang Belanda, serta untuk trowongan pengangkutan amunisi yang tembus dari tebing sungai hingga daratan.

Selain terdapat 3 Terowongan, Rumoh kaphe juga memiliki lapangan besar sebagai tempat menghukum masyarakat Aceh yang menentang dan para tawanan pasukan Teuku yang tertangkap. Masyarakat Woyla menyebutnya “Lapangan Sanksi”. Lembah Krueng Woyla adalah jalur Transportasi yang digunakan masyarakat sampai tahun 1990 an sampai saat ini pun masih ada.

Zengraff, HC dalam bukunya “Atjeh”, terjemahan Firdaus Burhan disebutkan bahwa Woyla adalah salah satu tempat yang memiliki sejarah yang amat panjang, karena Woyla adalah tempat lahirnya seorang Keujreuen yang menjadi Ulee balang Gume yaitu suami dari seorang wanita bangsawan di Tungkop yang bernama”Po Cuet Baren, yang memimpin perlawanan terhadap Penjajah di kawasan Woyla.

“Suami dari po cuet baren atau Ulee Balang Gume ini memiliki daerah kekuasaan yang amat luas, yakni daerah Pameu,Geumpang,Tangse,Anoe dan Gume. Adapun daerah Tungkop terletak di Hulu sungai Woyla,” tulis Zentgraaf.

Kemudian Belanda membangun “Rumoh Kaphee” sebagai Jalur pengangkutan amunisi melalui Hulu Krueng Woyla yang tembus menuju pusat Kota meulaboh atau pelabuhan suak seumaseh saat ini. Rumoh kaphee memiliki terowongan menuju daratan yakni : Terowongan pertama tembus ke Gunoeng Ue dan Pasi Aceh; Terowongan Kedua Tembus ke Kualabhee dan seuneubok saat ini; dan Terowongan ke tiga tembus ke pengunungan menuju sungai mas di Tutut dan Tungkop.

Menurut Jurnalis Moehammad said (1985) “Rumoh Kaphee” terbuat dari batu cor yang tak mudah ditembus peluru dan meriam, juga terdapat beberapa meriam besar Belanda yang ditempatkan di posisi mengarah Ke Hulu Krueng Woyla dan Daratan Kualabhee yang susah bagi pasukan Aceh untuk mengepungnya.

Ada kisah lain di “Rumoh Kaphee” yang masih ada hingga saat ini. Menurut keterangan penduduk, sering terdengar tangisan dan teriakan permintaan pertolongan pada tengah malam yang suaranya berasal dari tempat bekas Benteng Belanda dan Lapangan Sanksi tersebut. Bahkan sering terguran dari masyarakat jika hari sudah mulai sore dilarang pergi ke tempat tersebut. Nah, jika Anda hendak ke sana baiknya di pagi hari.

Related Posts

1 of 3