NUSANTARANEWS.CO – Salah satu khas kretek di Nusantara yang juga tak kalah melegenda adalah rokok klobot. Rokok klobot merupakan jenis rokok gaya kretek dengan menggunakan kulit jagung sebagai bungkus lintingannya.
Di Bojonegoro tempat kretek klobot ini lahir, telah berdiri sejak era kolonial Belanda. Mulanya perusahaan rokok klobot ini bernama Rokok Indonesia Merdeka (RIM) sebelum akhirnya tahun 1946 berganti menjadi CV Oeloeng.
Ahmad Yakub jurnalis di Bojonegoro dalam liputannya menjelaskan saat ini perusahaan rokok klobot masih tetap eksis, sekalipun produksi dan jumlah kariawannya tak sebanyak dulu. Perusahaan salah satu rokok khas Nusantara ini berada di Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro.
Penetapan nama RIM ke Oeloeng didirikan setahun setelah Indonesia mendeklarasikan merdeka. Adalah HM Sahlan sosok pendiri rokok klobot Oeloeng. Ia merupakan warga asli Kecamatan Sumbererejo.
“Awal berdiri namannya pabrik ini RIM. Singkatan dari Republik Indonesia Merdeka,” kata Humas CV Oeloeng Sumberrejo, Mahmud, sebagaimana ulasan Yakub.
Sekitar tahun 1950-an, nama perusahaan resmi dipatentkan menjadi CV Oeloeng dengan gambar burung elang (orang Jawa menyebut ulung). Mahmud tidak mengerti secara persis alasan penggantian nama perusahaan tersebut.
Tetapi, tempat dia mengabdi selama 22 tahun itu pernah mengalami masa keemasan pada tahun 1970-an. Saat itu, CV Oeloeng membuka cabang di sejumlah daerah dengan total pekerja hingga 2.000 orang. Di antaranya, dengan membuka cabang industri di Kecamatan Baureno (Bojonegoro), lalu meluas di Kabupaten Nganjuk, dan Lamongan.
Namun, masa kejayaan rokok klobot tak lama. Ahmad Biaya operasional tinggi seiring melambungnya harga cengkeh yang bisa sampai Rp60.000 per kg, membuat manajemen terpaksa memberhentikan 1.500 pekerjanya dengan menutup cabang usahanya di Kabupaten Nganjuk dan Lamongan.
Di awal tahun 1998 dan 2000, usaha sempat mengalami peningkatan. Saat itu, perusahaannya juga mulai ekspansi dengan membuat SKT kertas. Dengan inovasi tersebut, terjadi pengingkatan produksi yang besar hingga tiap harinya memproduksi 100 ball rokok per hari. (1 ball berisi 200 pak dan 1 pak berisi 12 batang). “Saat ini perusahaan dikelola cucu pendiri,” terangnya.
Kini pekerja tersisa 500 orang. Oeloeng menjalankan usahanya di Kecamatan Baureno dan di kantor pusat di Kecamatan Sumberrejo. Manajemen sudah modern. Dengan produksi mencapai 100 ball per hari (1 ball berisi 300 pak dan 1 pak berisi 6 batang). Untuk menjamin kesehatan para pekerja, buruh yang mayoritas ibu-ibu setengah baya itu juga telah didaftarkan menjadi anggota BPJS.
“Kami memakai tembakau Jawa dan pekerja prioritas warga Sumberrejo. Termasuk, mengambil tembakau rajangan,” tandasnya.
Dalam wawancaranya dengan humas CV Oeloeng, Yakub memaparkan bahwa produk rokok ini dijual seputaran kawasan Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya. Di antaranya, Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, dan Nganjuk. Pernah dijual hingga Lampung juga namun oleh pembeli setianya. (GK)
Editor: Romandhon