NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mantan Wakil Ketua Dema ITB 1976-1977 Rizal Ramli (RR) menegaskan bahwa pemerintah otoriter doyan menggunakan “kekerasan” untuk menghancurkan ligitamsi gerakan damai (non-violence), untuk menangkap oposisi dan mentkut-takuti rakyat agar tidak ikut gerakan damai.
“Itu terjadi di Malari 1974. Hariman dkk hanya demo damai, Ali Murtopo perintahkan cepak2 utk bakar Senen,” tutur RR dalam postingan Twitternya, @RamliRizal, Sabtu (6/7/2019).
Pemerintah otoriter doyan gunakan “kekerasan” untuk menghancurkan legitimacy gerakan damai (non-violence), utk tangkap oposisi & takuti rakyat agar tidak ikut gerakan damai. Itu terjadi di Malari 1974. Hariman dkk hanya demo damai, Ali Murtopo perintahkan cepak2 utk bakar Senen.
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) July 6, 2019
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritimian itu mengisahkan, pada tahun 2008 ia mengaku pimpin 40.000 orang demo anti kenaikan BBM (kami hanya setuju jika Mafia migas disikat dulu,- kata RR) yang berjalan damai. Namun, kata dia, seminggu kemudian, 5 mobil pemerintah dibakar di Atmajaya.
“RR dituduh sbg otak dibelakang itu. Hoax & ngawur. Hanya cari2 alasan utk tangkap RR,” cuit RR.
“Yg perintahkan pembakaran di depan Atmajaya itu adalah ketua lembaga counter-intelligence. Media2 beritakan kasus itu hanya sesuai versi lembaga counter-intellegence, tidak ada cross-checking kepada RR. Media mainstream hanya jadi sekedar megaphone yg berkuasa,” sambung Ekonom senior itu.
Yg perintahkan pembakaran di depan Atmajaya itu adalah ketua lembaga counter-intelligence. Media2 beritakan kasus itu hanya sesuai versi lembaga counter-intellegence, tidak ada cross-checking kepada RR. Media mainstream hanya jadi sekedar megaphone yg berkuasa.
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) July 6, 2019
Lebih lanjut RR mengatakan bahwa, jika peristiwa itu dilakukan penyidikan objektif, besar kemungkinan jika kerusuhan 21 Juni 2019 jam 10 malam itu bagian dari operasi otoriter yang sejenis.
“Jika dilakukan penyidikan objektif, besar kemungkinan jika kerusuhan 21 Juni 2019 jam 10 malam, yg dipicu oleh preman2 bertato nyaris setengah badan (tato mahasiswa hanya 2-3 simbolik), bagian dari operasi otoriter yg sejenis. Untuk merusak image gerakan damai sbg ‘perusuh” dst,” sebut RR. (Red/NN)
Editor: Achmad S.