Ekonomi

Rizal Ramli: Jelek-Jelek Ternyata Trump Bekerja! Ada Kebalikannya, Tapi Kagak Kerja

Donald Trump bersama Joko Widodo (Foto Dok. Getty)
Donald Trump bersama Joko Widodo (Foto Dok. Getty)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ekonom senior, Rizal Ramli memberikan apresiasi terhadap kinerja Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dinilai mampu membawa ekonomi negeri Paman Sam itu di puncak kejayaan. Ia mengatakan, meski Trump tampak menyebalkan, namun ia benar benar bekerja dengan capaian ekonomi Amerika yang dibuktikan hari ini. Sebaliknya ada kasus serupa tapi faktanya tidak kerja.

Entah siapa yang ia maksud? Namun sindiran Rizal Ramli ini disampaikan mana kala dirinya gusar melihat situasi ekonomi Indonesia saat ini. Dirinya menyebut ekonomi Indonesia sangat lemah dan menghawatirkan.

Baca Juga: Sejumlah Indikator Ini Menunjukkan Ekonomi Indonesia Kritis

Pemicunya, kata RR sapaan Rizal Ramli, karena pemerintahan yang sekarang tidak bekerja secara benar dalam beberapa tahun terakhir. Saking lemahnya ekonomi Indonesia, lanjut dia, ibarat kena virus, Indonesia gampang sakit.

“Waktu saya ditanya sebelum kejadian lho ya? Tiga bulan yang lalu, (posisi nilai tukar rupiah) 15 ribu itu baru beginning (permulaan),” kata Rizal Ramli baru baru ini, Rabu (31/10/2018) di kawasan Jakarta Selatan.

Baca Juga:  Dukung Peningkatan Ekonomi UMKM, PWRI Sumenep Bagi-Bagi Voucher Takjil kepada Masyarakat

Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi era Gus Dur itu memprediksi rupiah akan benar benar ‘lumpuh’, ketika bank sentral Amerika Serikat, yakni The Fed menaikkan suku bunganya.

Baca Juga: Membandingkan Utang Indonesia dengan AS dan Jepang Itu Konyol!

“Apakah US Fed menaikkan tingkat bunga apa tidak? Jawabannya iya, dalam satu tahun yang akan datang,” tegasnya.

Sebab, lanjut Rizal Ramli, “Karena ekonomi Amerika belum pernah sebaik ini.”

“Ya, jelek-jelek ternyata si Trump lumayan lah. Meski wajahnya nyebelin, tapi kerja, begitu. Ada yang kagak nyebelin tapi kagak kerja,” kata Rizal Ramli disambut tawa gemuruh peserta diskusi.

Dengan kata lain, ke depan, risiko depresiasi akan mengancam rupiah. Sebab, baik eksternal maupun domestik belum ada sinyal sedikitpun yang sekiranya bisa membantu mendongkrak ‘moril’ mata uang nasional.

Dari sisi eksternal, pemicu mengapa rupiah alami depresiasi berat, tak lain berasal dari kebijakan moneter AS. Dikutip dari CNBC Indonesia, The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunganya, yang akan dieksekusi pada Desember 2018.

Baca Juga:  Pemdes Kaduara Timur Salurkan BLT

Baca Juga: Rizal Ramli Bocorkan Rahasia Ramalan Ekonominya yang Selalu Tepat

Diperkirakan, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate pada rapat 19 Desember 2018 mencapai 78,5%. Bahkan ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga sampai 50 bps.

Saat ini, suku bunga acuan di AS ada di 2-2,25% atau median 2,125%. Pada akhir 2020, The Fed menargetkan suku bunga berada di median 3,4%. Oleh karena itu, kemungkinan akan ada tiga kali kenaikan lagi pada 2019 dan setidaknya sekali pada 2020.

Artinya, arus modal akan terus tersedot ke AS. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbalan investasi di Negeri Paman Sam (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi).

Pewarta: Adhon Emka
Editor: Alya Karen

Related Posts

1 of 3,104