Budaya / SeniPuisi

Rintihan Anak Melayu

Puisi Hadi Winata

Rintihan Anak Melayu

saban hari di ratusan tahun berselang kautanam berbagai pepohonan, biji-biji
bunga dan buah, kejujuran, kecerdasan, keberanian, dan tentu saja iman, islam. selanjutnya kausiram dengan darah dari berbagai golongan; unsur dari belulang dan organ. kemudian cahaya yang berasal dari tempat-tempat jauh yang senantiasa berpendar.

negeri ini masih menyimpan itu semua. tanah hitam subur menumbuhkannya:
menjadi kuncup-kuncup yang mekar di saban hari, di saban sudut negeri,
melintasi tahun demi tahun bagai waktu.

kini mereka semua bahkan bersemayam di setiap jiwa. anak cucumu menikmatinya, dan mereka semua menjadi identitas kami, negeri ini, negeri kita.
sementara orang-orang berdecak kagum memberi salam.

tapi sultan, bagaimana bisa aku berada di dalam penjara pesing orang barat?
dituduh hendak melakukan bom bunuh diri; teroris asia tenggara.
haruskah kutanggalkan semua pakaian siakku? semua yang berasal dari apa pun
yang kautanam ratusan tahun silam?

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

ingin rasanya kutanya pada hutan, angin, para burung dan semua serangga,
para kiyai dan bocah, dinding demi dinding di setiap surau yang ada
di siak: adakah salahnya menjadi seorang melayu? tapi bagaimana aku
terkungkung di sini.

kau tak salah karena telah menanam itu semua sultan, tidak.
tetapi adakah salahnya menjadi seorang melayu?

pulangkan aku pada ibu yang melahirkan.
pada mimpi yang mengundang cita datang.
aku ingin kembali ke tanahku.
hidup damai menjadi orang melayu.

2017

Kiriman

sudah kukatakan padamu: ini takkan mudah. membiarkan luka-luka
tumbuh, yang pada akhirnya harus kaubawa sebagai bekal di perjalanan.
dan ironisnya, kau tak memiliki tujuan. sementara aku, tak bisa membantu.
bahkan sekadar untuk mengatakan kalau di betismu ada semut yang
siap menyerang.

takaranku tepat: kau pulang dengan wajah tanpa dosa, dan orang-orang
segera memandangmu dengan heran, dengan hina. selanjutnya, kau diusir
sambil diseret-seret. kau berteriak dan menangis. meraung-raung.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

mereka takkan mengerti. jadi, biarlah kau pergi saja ke mana pun yang kau suka.
atau, kau ingin pergi ke tempat seseorang yang telah mengirimku kepadamu?

tapi, kau belum diundangnya.

2017

Hadi Winata, lahir di Palembang, 10 September 1998. Finalis 30 terbaik Lomba Inovasi IPTEK Pemuda KEMENPORA (2015), Finalis Lomba Peneliti Belia Sumatera Selatan (2015), Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah UNSRI (2015), Juara 2 BAIA Award PT. Bukit Asam (2016), Juara 2 Lomba Menulis Esai Pertanian IPB (2016),  JUARA HARAPAN 1 LOMBA MENULIS SURAT NASIONAL PT. POS INDONESIA (2016). Menerbitkan novel dengan judul MEMORI UNTUK IBU (2016). Puisi-puisinya dimuat di Koran Berita Pagi, Koran Palembang Ekspres, Sebatin.com, Posmetroprabu.com, Piarmedia.com, Buku Antologi Puisi Penyair Indonesia (Penerbit Rumah Kita, 2016), Buku Antologi Puisi SIAK DALAM PUISI (Hari Puisi Indonesia/HPI Riau, 2017), Buku Antologi Puisi KATA-KATA YANG TAK MENUA (Hari Puisi Indonesia/HPI Makassar, 2017), dan Majalah Puisi (2017). Beberapa cerpennya pernah dimuat di Sebatin.com dan Kibul.in (Web Sastra). Dan, puluhan artikelnya dimuat di Sebatin.com. Tergabung di KOMUNITAS PENA TERBANG dan JARINGAN PENULIS INDONESIA.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 114