Opini

Rini Soemarno Sang Super Menteri

NUSANTARANEWS.CO – Tak ada menteri di kabinet kerja yang lebih hebat dari Rini Soemarno, Menteri BUMN. Dialah menteri yang tak akan pernah tergeser posisinya. Bahkan Presiden Joko Widodo terlalu sungkan untuk mengganti Rini. Maklum, Rini adalah orang yang banyak memberi masukan kepada Joko Widodo, sebelum orang Solo ini menjadi Presiden.

Presiden akan tetap mempertahankan Rini di posisinya kendati janda Didi Suwandi ini tak punya kinerja cemerlang. Hingga semester I-2017, ada 24 BUMN yang merugi. Nilanya mencapai Rp 5,852 triliun. Angka kerugian itu naik dari kerugian di semester I-2016 yang nilainya Rp 5,826 triliun.

Sudah bikin BUMN merugi banyak, Rini juga tak punya konsep matang soal pengembangan BUMN. Gagasan holding BUMN mengawang tak karuan. Paling banter, gagasan Holding hanya dibikin untuk menjadikan BUMN banyak berutang lantas diobral kemudian.

Rini dulu membela habis RJ Lino, sewaktu Lino masih Direktur Utama PT Pelindo II. Padahal Lino terindikasi korupsi. Pansus DPR menyatakan itu. KPK pun menetapkan Lino sebagai tersangka korupsi. Rini yang terus membela tersangka korupsi ini akhirnya dinyatakan terlarang berhubungan dengan DPR.

Baca Juga:  Oknum Ketua JPKP Cilacap Ancam Wartawan, Ini Reaksi Ketum PPWI

Tapi DPR seperti tak ada artinya bagi Rini. Mudah bagi Rini untuk mengalahkan lembaga negara ini. Sudah 1.5 tahun DPR menolak Rini, tapi posisi Rini bergeming. Presiden terlalu sungkan untuk memecatnya. Di seluruh dunia, tak ada menteri yang bisa bertaham 1.5 tahun ditolak DPR. Rini adalah pengecualian. Presiden lebih memilih untuk mengacaukan fungsi anggaran, legislasi, dan pengawasan DPR terhadap Menteri BUMN ketimbang memecat perempuan yang sempat memegang paspor Amerika Serikat ini.

Saktinya Rini memang aneh. Sebagian orang pun menduga, Rini juga menjalankan fungsi money collector dari BUMN. Ia mengumpulkan dana untuk kepentingan politik mendukung rezim pada 2019. Makanya, siapa bisa menyentil Rini?

Apalagi Rini diuntungkan oleh tekanan publik ketika tycoon minyak, Riza Chalid, harus disisihkan. Tapi momentum itu dipakai Rini dengan menempatkan abang dan adiknya, Ary dan Yongky Soemarno, sebagai pengganti Riza menjadi oligarki minyak terbesar yang mengontrol belanja Pertamina.

Baca Juga:  Presiden Resmi Jadikan Dewan Pers Sebagai Regulator

Rini memang menyukai sosok  tidak bersih yang mau menyetor kepadanya. Belakangan ia mengangkat Hendy Priyo, bekas Dirut PGN, sebagai Dirut Semen Indonesia. Hendy Priyo sedang dicekal Kejaksaan Agung karena kasus korupsi terminal gas apung di Lampung. Hendy juga adalah orang SBY, presiden sebelum Jokowi. Ayahnya bendahara salah satu yayasan SBY.

Rini banyak menempatkan orang-orang SBY di posisi strategis di BUMN. Ia bikin orang-orang itu berutang budi dan mau berbuat apa saja yang ia inginkan. Sementara orang-orang Jokowi yang ia rekrut justru yang tak kompeten dan diberi posisi kurang strategis.

Rini memang bukan menteri sembarangan. Ia menekan BRI untuk membereskan kredit bermasalah pabrik gula milik kroninya. Megawati Soekarnoputeri, Ketua Umum PDIP, boleh saja memendam kesal kepadanya. Tapi apalah arti kesalnya Megawati dibanding potensi sumber daya yang bisa dikeduk Rini dari BUMN untuk kepentingan 2019?  Maka gigit jarilah Megawati melihat pasukan PDIP-nya dipecundangi Rini.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menangi Pilpres Satu Putaran

Penulis: Hadi Rakhmad (Analis Politik & Kebangsaan)
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 9