EkonomiRubrika

Ribuan Guru Honorer Mogok Kerja Berhari-Hari di Cianjur

Ilustrasi Para Guru Honorer aksi protes kebijakan pemerintah. (FOTO: Istimewa)
Ilustrasi Para Guru Honorer aksi protes kebijakan pemerintah. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Lantaran Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, belum juga memberikan legalisasi terhadai ribuan guru sesuai janjinya, ribuan guru honorer di 10 Kecamatan di Cianjur melakukan aksi mogok mengajar sejak hari ini, Rabu (17/10/2018) hingga tiga hari ke depan.

Ketua Forum Honorer Kategori 2 Indonesia (FHK2-I) Cianjur, Edi Kurniadi mengatakan, aksi mogok tersebut tindak lanjut atas hasil musyawarah pada 13 Oktober lalu. “Namun hasil kesepakatan itu, hingga saat ini belum terealisasi terkait tuntutan untuk tingkatan daerah harus diselesaikan selama sepekan,” kata kepada media.

Baca Juga:

Edi menjelaskan bahwa aksi mogok mengajar serentak tersebut dilakukan karena janji Pembak tidak direalisasikan. “Karena belum teralisasi, ada yang melakukan aksi mogok mulai hari ini, sampai tiga hari ke depan,” kata dia.

Ribuan guru honorer di 10 kecamatan di Cianjur yang mogok, urainya, seperti di Kecamatan Cianjur, Cilaku, Cibeber, hingga Sindangbarang dan Agrabinta.

Baca Juga:  Anton Charliyan Dampingi Prabowo Makan Baso di Warung Mang UKA di Cimahi Jabar 

“Pekan depan pun ada lagi di wilayah lain dengan jumlah guru ribuan orang yang kembai akan melakukan aksi mogok mengajar, kalau secara keseluruhan jumlahnya mencapai belasan ribu,” tutur Edi.

Aksi tersebut akan terus berlanjut hingga tuntutan mereka terpenuhi. Bahkan, rencananya awal November, guru honorer seluruh kecamatan secara serentak akan mogok mengajar. Namun, pihaknya memastikan tidak akan ada aksi mogok serentak setelah aksi nasional jika pemerintah daerah menepati janjinya untuk memberikan legalitas berupa surat keputusan (SK) untuk guru honorer terutama kategori 2.

“Forum honorer di Cianjur akan melihat reaksi dari pemerintah daerah hingga beberapa hari ke depan, atau selama aksi mogok mengajar dilakukan,” kata Edi.

Perasaan tidak dihargai sebagai guru honorer ini tidak hanya dialami oleh ribuan honorer di Cianjur, tetapi juga banya di daerah lain, seperti di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Simak:

Baca Juga:  Harga Beras Meroket, Inilah Yang Harus Dilakukan Jawa Timur

Saking dalamnya perasaan sakit guru honorer terhadap kebijakan pemerintah, lahirlah puisi berjudul “Jerita Hati Guru” yang ditulis atas nama guru honorer oleh seorang anonim. Berikut ini puisinya:

Jeritan Hati Guru

Perhelatan Asian Games sudah berlalu.
Cermin Indonesia bersatu.
Seluruh dunia pun mengaku.
Para atlet kini terharu,
Bukan karena tak akan bertemu.
Tapi, karena uang miliaran sudah ada di saku.
Juga dapat rumah baru,
Dan menjadi PNS tanpa tes dulu.

Kami, semua para guru
Hanya bisa menangis pilu.
Lidah pun terasa kelu.
Melihat semua itu.
Betapa tidak? Mereka diserbu bonus berlimpah susu dan madu.
Juga disebut pahlawan pemersatu.
Padahal kami para guru.
Lebih layak mendapatkan semua itu.
Bukankah kami juga pahlawan tanpa ragu?
Mendidik anak bangsa tiap waktu.

Namun, mengapa pencairan Sertifikasi dan TPP selalu tidak tepat waktu ?…
Ya, kami harus menunggu berbulan-bulan dahulu.

Belum dipotong pajak selalu.
Padahal, para atlet tidak dipotong pajak, walau hanya seribu.

Kami, para guru hanya ingin berseru.
Mengapa perlakuan kepada kami selalu begitu?
Itu kami terima sejak dahulu.

Ya sejak dulu sampai sekarang abad dua satu

Untuk mendapatkan sertifikasi pun guru dipaksa kuliah ppg dalam jabatan terlebih dahulu

Yang prosesnya dibuat semakin panjang dan sulit untuk dijalani serta sangat memberatkan tidak hanya bagi guru tapi juga bagi keluarga guru guru

Kami, para guru.
Hanya ingin Pemerintah mensejahterakan para guru, PNS, guru GTY, Honorer yang Lama dan Baru.
Tanpa harus guru dibebani lagi dengan menjalani program ini dan itu.

Bukankah para guru itu sudah bekerja dan berkarya utk bangsa dari sejak dulu ! Yang hasil kerja dan karya nya nyata serta telah menyebar keseluruh penjuru

Ini harapan dan keluhan para guru.

(karya Guru)

Baca Juga:  Ketua PWI Pamekasan Menyebut Wartawan Harus Memiliki 5 Sifat Kenabian

NB: Silakan di share. Agar nasib guru lebih diperhatikan sebagai pendidik penerus anak nusa dan bangsa.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,148