MancanegaraPolitik

Rezim Timteng Tak Serius Perjuangkan Palestina

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pakar kajian Timur Tengah (Timteng) Ibnu Burdah menganggap bahwa wacana nagara-negara Liga Arab menuntut keadilan bagi warga Palestina atas kekerasan di masjid al-Aqsha hanyalah basa-basi.

“Saya yakin rezim-rezim Arab gak mau sepenuh hati memperjuangkan Palestina. Yang mereka pikirkan adalah mempertahankan kekuasaan di tengah musim badai seperti sekarang,” ungkap Ibnu Burdah saat dikonfirmasi Nusantaranews.

Jika memang serius memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan Palestina, maka proses perdamaian mestinya harus didorong terus. “Dorong proses perdamaian yang serius. Konsesi naturalisasi Israel dengan dunia Islam itu sangat menarik dan besar,” sambung dia.

Menurut Ibnu Burdah, jika Palestina merdeka dan tercapai kesepakatan final, maka Israel dapat naturalisasi hubungan dengan semua negara muslim. “Itu skema yang bagus,” ujarnya.

Dosen Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga ini menjelaskan yang dimaksud dengan konsesi naturalisasi yaitu dengan mengacu pada proposal Liga Arab tahun 2002. Isinya mendukung perdamaian final dan menyeluruh.

Baca Juga:  Berikut Nama Caleg Diprediksi Lolos DPRD Sumenep, PDIP dan PKB Unggul

“Ya itu proposal Liga Arab tahun 2002 gitu. Mendukung perdamaian final dan menyeluruh dengan imbalan perdamaian dan pembukaan hubungan dengan semua negara Muslim (naturslisasi),” terangnya.

“Kalau dibuka hubungan itu, maka Israel pasti dapat keuntungan besar baik ekonomi, sosial maupun keamanan dan budaya,” jelasnya.

Sebagai informasi, akibat tindakan pemerintah Israel menutup akses al-Aqsa yang biasa digunakan umat muslim untuk beribadah mendapat tentangan keras publik dunia. Penutupan itu dilakukan tepat hari Jumat sehingga umat muslim tidak bisa melakukan ibadah shalat Jumat di al-Aqsa.

Sikap pemerintah Israel dianggap telah menghianati resolusi kemerdekaan Palestina. Sebagaimana yang telah disepaki bahwa umat muslim memiliki kebebasan untuk melakukan ibadah di tempat tersebut. Peristiwa tersebut adalah yang pertama kali sejak 1969, atau dua tahun setelah pecahnya perang Arab-Israel.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 17