MancanegaraPolitikRubrika

Rezim Komunis Cina Berupaya Menghapus Peristiwa Tiananmen Dari Ingatan

Rezim Komunis Cina
Rezim Komunis Cina melarang peringatan Tragedi Tiananmen secara terbuka/Foto: Istimewa

NUSANTARANEWS.CO – Rezim komunis Cina selama 30 tahun terakhir terus mengaktifkan mesin negara untuk menghapus ingatan pada peristiwa 3 dan 4 Juni yang dikenal dengan peristiwa 4 Juni – peristiwa pembantaian brutal terhadap para pejuang pro-demokrasi oleh aparat keamanan Cina.

Setelah peristiwa pembangantaian itu, Sekretaris Jenderal PKC pada saat itu, Zhao Ziyang, yang menolak untuk memerintahkan penumpasan, dipecat dan hidup di bawah tahanan rumah sampai kematiannya pada tahun 2005. Jenderal Xu Qinxian, komandan tentara ke-38 Tentara Pembebasan Rakyat, yang menolak untuk berpartisipasi dalam penindasan, diadili di pengadilan, dipenjara selama lima tahun, dan dikeluarkan dari PKC.

Rezim Beijing pasca-Tiananmen kemudian membangun sebuah akun resmi yang menggambarkan gerakan itu sebagai konspirasi Barat untuk melemahkan dan memecah belah Cina. Dengan dalih itu, Beijing membenarkan tindakan keras militer yang diperlukan untuk stabilitas dan kemakmuran, dan membuka jalan bagi kebangkitan Cina.

Baca Juga:  Jelang Pemilu, Elemen Kecamatan Sambit Gelar Doa' Bersama

Pada 2011, sebuah surat kabar resmi berbahasa Inggris di Beijing, menulis berita utama dengan tajuk “Mitos Pembantaian Tiananmen”, mengklaim bahwa “Tiananmen tetap menjadi contoh klasik bias besar pelaporan media barat, dan menuding sebagai operasi hitam pemerintah asing yang mengendalikan media tersebut. Cina terlalu penting untuk menjadi korban omong kosong ini,” bunyi tulisan tersebut.

Meski begitu, orang-orang yang selamat dan keluarga para korban tetap bertahan dan mendebat narasi-narasi pemerintah tersebut. Di antara mereka adalah Fang Zheng, seorang mahasiswa senior yang ditabrak tank dan kehilangan kedua kakinya selama penumpasan itu.

Dalam sebuah konferensi di Harvard pada 2014, untuk memperingati 25 tahun pembantaian Tiananmen, Fang duduk di kursi roda, memberi tahu audiens yang penuh sesak bahwa pihak berwenang menekannya agar memberikan kesaksian palsu: bahwa dia (Fang) ditabrak mobil. Ketika dia menolak, dia ditolak gelar dan sertifikat kelulusannya.

Kesaksian yang memilukan dari para ibu yang bertentangan dengan versi resmi pemerintah dari apa yang terjadi, terus dibungkam. Para ibu tidak diizinkan untuk meratapi anak-anak mereka secara terbuka. Demikian pula tuntutan investigasi independen untuk kebenaran dan keadilan pun ditolak.

Baca Juga:  13 Personel Polres Pamekasan Diberi Penghargaan atas Pengungkapan Kasus Narkoba Seberat 498,88 Gram

Dalam sebuah wawancara memilukan, ibu dari Liu Hongtao, seorang siswa yang terbunuh dalam pembantaian Tiananmen, meminta pengampunan dari putranya karena ibu dan ayahnya tidak bisa meratapi dirinya secara terbuka.

Terlepas dari tekanan Beijing terhadap pers Hong Kong, wartawan yang meliput gerakan Tiananmen di Beijing pada tahun 1989 baru-baru ini menghasilkan program wawancara yang berjudul: “Saya seorang jurnalis: kisah 4 Juni saya”. Ini adalah kontribusi mereka untuk tetap menjaga agar memori kolektif tentang Traagedi Tiananmen tetap hidup.

Wartawan asing yang melaporkan dari Beijing pada tahun 1989 juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka. Pada konferensi Harvard, jurnalis barat yang berpartisipasi menyebut diri mereka “Kelas 89”.

Warisan Tiananmen bukan hanya milik orang-orang Cina saja. Itu milik dunia. Sebuah cerminan kerinduan manusia akan kebebasan, kebenaran dan keadilan tanpa batas. Tindakan brutal aparat keamanan pada 4 Juni telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan universal.

Inilah mengapa setiap tahun selama tiga dekade ini kegiatan peringatan Tragedi Tiananmen terus diselenggarakan di kota-kota besar di seluruh dunia. Di Hong Kong, ratusan ribu orang berkumpul di Victoria Park setiap tanggal 4 Juni untuk menyalakan lilin sebagai pengingat kehidupan bagi yang muda atas peristiwa Pembantaian Tiananmen. Sekali lagi, Tiananmen bukan hanya tentang penindasan, tetapi juga tentang harapan. (Agus Setiawan)

Related Posts