Budaya / SeniKreativitas

Retrospeksi Nasjah Djamin lewat Lukisan dan Karya Sastra

NusantaraNews.co, Jakarta – Pameran Seni Rupa dan Sastra yang menggambarkan kiprah kesenimanan Nasjah Djamin bertajuk “Retrospeksi Nasjah Djamin” tengah berlangsung di Galeri Nasional Indonesia (GNI), tepatnya di Gedung B hingga tangga 4 November 2017 mendatang.

Suwarno Wisetrotomo, sang kurator para pameran ini menyampaikan bahwa, perhelatan ini menjadi penting karena merepresentasikan babakan-babakan sejarah yang secara kronologis merekonstruksi sosok Nasjah Djamin sebagai seorang maestro, juga menyoal karya-karyanya yang layak untuk diapresiasi publik. Karena itu pulalah GNI memberikan dukungan dan menjadikan event ini sebagai pameran kerjasama dengan Studio Nasjah.

“Pameran ini menampilkan karya-karya lukisan Nasjah Djamin dari koleksi pribadi keluarganya dan juga beberapa dokumentasi, arsip, juga artefak yang mengupas perjalanan kesenian Nasjah Djamin,” terang Suwarno Wisetrotomo baru-baru ini kepada media.

Secara sederhana, ungkap Suwarno, lukisan-lukisan Nasjah dapat dikelompokkan dalam dua tema utama. Pertama, tema potret, termasuk di dalamnya potret diri, potret sahabatnya, dan orang-orang yang dikenal dengan baik. “Lukisan potret itu sebagian besar merekam sosok tunggal, laki-laki maupun perempuan, dan sebagian lainnya potret kerumunan,” kata Suwarno.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Kedua, lanjut dia, adalah tema panorama (landscape), dengan berbagai wujud, antara lain lanskap pantai lepas, hamparan padang pasir dan perbukitan, serta bentangan sawah dan gunung-gunung. Lanskap dalam gubahan Nasjah adalah lanskap yang sudah berada dalam resapan jiwanya, atau paduan antara realitas, imajinasi, situasi jiwa yang diungkapkan melalui sepotong panorama.

“Lukisan-lukisan itu seperti mengabarkan tentang realitas kehidupan, utamanya kehidupan para perempuan lapis bawah, para perempuan pekerja kasar, demi ketahanan hidup (survivality). Pada bentangan panorama – perbukitan, pantai, sungai, sawah, jalan setapak – hampir selalu dihadirkan sosok-sosok perempuan dalam citra gerak dalam suasana bekerja. Mereka, para perempuan itu, adalah sosok-sosok pekerja; memanen padi, menambang pasir atau batu, petani garam, berarakan ke pasar. Di punggung para perempuan itu selalu bertumpuk gendongan, yang mengukuhkan bahwa mereka adalah pilar penyangga kehidupan keluarga, para pekerja keras dan mandiri,” papar Sawarno.

Ia pun mengungkapkan bahwa, sosok-sosok itu selalu tampak kecil, terlihat dari kejauhan. Cara ungkap semacam itu dapat dilihat sebagai sebuah isyarat spiritualitas, bahwa manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi, sesungguhnya hanya makhluk kecil di tengah semesta raya. Sosok-sosok itu tidak sedang ‘menguasai’ alam dengan rakus dan destruktif, tetapi sekadar memanfaatkan dan mengolah alam untuk kehidupan secukupnya.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

“Gejala visual semacam itulah yang saya maksud sebagai ‘resapan jiwa’ Nasjah terhadap panorama. Karena lebih dari sekadar ‘pemandangan alam’ yang indah permai, tetapi lukisan Nasjah merupakan ‘pemandangan manusia’ khususnya ‘pemandangan ketangguhan para perempuan’,” ungkap Suwarno.

Sekadar informasi, untuk pendukung pameran, kiprah kesenimanan Nasjah Djamin juga dikupas dalam sebuah acara diskusi bertema “Karya Nasjah Djamin”, 25 Oktober 2017 lalu.

Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 2