Resensi Buku: Mempersiapkan Pengasuhan

Sampul atau cover buku Tumbuh Kembang Anak karya Ngadiyo. Foto: Istimewa

Sampul atau cover buku Tumbuh Kembang Anak karya Ngadiyo. Foto: Istimewa

Hari-hari terakhir Ramadan amat membahagiakan Ngadiyo. Melalui media sosial, ia dengan girang mengabarkan terbitnya dua buku yang ia garap. Kedua buku itu adalah Tumbuh Kembang Anak: 19 Keajaiban Tumbuh Kembang Anak (2017) yang ditulisnya, dan Atas Nama Buku: Memoar Teladan Para Pembelanja Buku (2017) yang ia kuratori. Dua buku itu menjadi bukti keseriusan Ngadiyo mengurusi pendidikan, setelah terbitnya buku pendahulu, Buah Segar Pendidikan: Kumpulan Esai (2017). Para pembaca diajak membayangkan pendidikan secara umum dalam Buah Segar Pendidikan. Buku memang jadi awalan sebelum kita diajak menjumpa buku berikutnya yang lebih spesifik: tentang anak, dan tentang perbukuan. Semua buku Ngadiyo tetap dalam konteks pendidikan.

Kita terpaksa menepikan Atas Nama Buku. Salah satu buku penting dalam sejarah perbukuan Indonesia itu kita obrolkan pada kesempatan lain. Kita sementara menjumpa Tumbuh Kembang Anak, buku yang menunjukkan kesiapan dan pembuktian Ngadiyo. Buku ini berisi tulisan-tulisan yang membahas segala hal tentang anak. Buku ini boleh kita kategorikan sebagai buku pengasuhan, atau dalam bahasa asing tapi kita sepakati untuk dipakai: parenting. Jika biasanya jenis buku demikian ditulis oleh seorang yang berpengalaman sebagai orangtua, Tumbuh Kembang Anak justru ditulis pria yang masih lajang. Kendati demikian, kita tak serta-merta boleh meremehkan pengetahuan Ngadiyo. Pria kelahiran 1984 itu punya bekal yang cukup untuk menulis buku pengasuhan.

Ngadiyo sudah berpengalaman mengajar hampir semua taraf usia, dari anak-anak sampai orang tua. Tulisan-tulisannya pun sudah sering tampil di berbagai media cetak. Keputusan membukukan tulisan adalah ikhtiar pembuktian sekaligus persiapan Ngadiyo menghadapi keluarga di kampung halaman. Pria usia 30 tahun ke atas yang belum juga menikah bakal diganggu pertanyaan, “kapan menikah? Kapan mau punya momongan?” Buku Tumbuh Kembang Anak terbit tepat waktu sebelum Lebaran, sehingga saat pulang kampung Ngadiyo dapat menyerahkan bukunya sebagai jawaban pertanyaan-pertanyaan mengganggu itu. Ngadiyo boleh saja masih melajang hingga hari ini. Namun, kehadiran bukunya itu cukup membuktikan bahwa kapan pun ia siap membina rumah tangga dan mengasuh anak.

Ngadiyo memberi penjelasan terkait pemilihan bahasan, “tumbuh kembang anak menjadi hal penting untuk dipahami sebagai tahapan alamiah. Peristiwa penting mulai dari anak lahir sampai bisa berjalan, berbicara, dan mengenali sekitar adalah momentum yang tidak bisa diulangi” (hlm. 11). Tumbuh kembang anak terjadi sekali seumur hidup tanpa bisa diulangi, dan proses itu pun menentukan kehidupan anak di masa mendatang. Dengan tetap setia pada bahasan ihwal tumbuh kembang anak, tematik tulisan-tulisan Ngadiyo sangat beragam. Tematik tulisan Ngadiyo merentang dari yang kerap dianggap sepele hingga yang serius. Ngadiyo membahas hal-hal sepele yang kurang diperhatikan orangtua, semisal kegemukan, gagap, bermain, dan sebagainya. Ngadiyo pun tak luput menyoal tematik besar seperti pornografi, homeschooling, dan lain-lain.

Salah satu tulisan penting di buku ini membahas pentingnya sastra dalam tumbuh kembang anak. Ngadiyo menggunakan contoh novel lawas yang tidak setiap orangtua mengingat atau mengetahuinya. Novel lawas itu adalah Pengemis Buta (1974) garapan Adikusumah dan Anak Pemberani (1974) garapan Samsudi. Kedua novel itu diterbitkan Pustaka Jaya. Dengan kata lain, Ngadiyo mencari alternatif di luar novel-novel terbitan Balai Pustaka yang sangat Orde Baru. Namun, kita tak perlu terpaku pada pilihan novel. Hal penting yang coba disampaikan Ngadiyo adalah pengenalan anak pada sastra sedini mungkin. Nilai-nilai baik yang bisa diajarkan pada anak bukan hanya terdapat di buku agama maupun pendidikan kewarganegaraan. Sastra juga punya muatan penting yang berpengaruh dalam tumbuh kembang anak.

Judul: Tumbuh Kembang Anak: 19 Keajaiban Tumbuh Kembang Anak
Penulis: Ngadiyo
Penerbit: Dio Media
Cetakan: Pertama, 2017
Tebal: 108 halaman; 13 x 20 cm
ISBN: 978-602-6645-14-2

Peresensi: Udji Kayang Aditya Supriyanto, Pembaca buku dan pengapresiasi buku; pengelola Bukulah!

Exit mobile version