Rubrika

#Rek0nsiliasiMbahmu Jadi Trending Topic Twitter

Hashtag 85 Juta Rakyat Tolak Jokowi Menjadi Tranding 1 Twitter
#Rek0nsiliasiMbahmu Jadi Trending Topic Twitter. (Foto Ilustrasi/Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Jagad media sosial kembali gaduh dengan sejumlah hashtag yang cukup menarik perhatian warganet. Salah satunya adalah hashtag (tanda pagar) #Rek0nsiliasiMbahmu.

Hashtag ini pada Jumat, 12 Juli 2019 berhasil menjadi tranding topic nomor 1 di media sosial Twitter. Berdasarkan hasil pantauan redaksi, hingga pukul 13.58 WIB, sebanyak 12,8 ribu twit telah mengicaukan hashtag  #Rek0nsiliasiMbahmu.

Diantara netizen yang ikut mengkicaukan #Rek0nsiliasiMbahmu adalah pemilik akun @FenniRosa. Dalam twittnya, ia mengaku sebagai pendukung paslon 02, tidak rela ada rekonsiliasi. Pasalnya menurut dia tidak mudah rekonsiliasi setelah banyak bukti kecurangan yang dikesampingkan.

“Melalui perjuangan para relawan 02 yg tak kenal lelah,, hingga harus berdarah2, bahkan sampai kehilangan nyawa.. Kita dicurangi, semua bukti dikesampingkan. Ada yg ngarep rekonsiliasi. Enak aja.!!! @prabowo @sandiuno #Rek0nsiliasiMbahmu,” tulis akun @FenniRosa.

#Rek0nsiliasiMbahmu Jadi Tranding Topic di Twitter
#Rek0nsiliasiMbahmu Jadi Tranding Topic di Twitter

Sebelumnya sejumlah pihak khususnya dari kosong 01 menginginkan pasca hasil keputusan Pemilu 2019, antara 02 dan 01 diadakan rekonsiliasi.

Baca Juga:  Suasana Lebaran Berkilau di Pantai Lombang: Pertunjukan Seni dan Festival Layangan LED Menyambut Diaspora Sumenep

Hal sama juga disampikan oleh Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini (29/6). Dirinya menilai rekonsiliasi pasca putusan MK yang memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin perlu dilakukan.

Namun Titi meminta agar rekonsiliasi tidak dimaknai sempit dengan bagi bagi kursi sebagaimana yang didengungkan sejumlah elit politik.

“Rekonsiliasi politik terlalu sempit kalau cuma dimaknai bagi-bagi kursi, karena ini hanya mengulang lagu lama. Ini tantangan besar,” kata Titi.

Baca Juga: Elite Politik Diminta Berhenti Maknai Rekonsiliasi Dengan Bagi Bagi Kursi

Titi menganggap rekonsiliasi sosial menurutnya jauh lebih penting dilakukan daripada rekonsiliasi politik dalam arti sempit.

Sebab lanjut dia, keterbelahan di masyarakat akan terus terjadi jika hanya dilakukan sebatas rekonsiliasi politik yang dimaknai sebagai ajang berbagi kekuasaan.

Sementara itu menurut pengamat politik Rocky Gerung (2/7) menilai tidak perlu ada rekonsiliasi pasca putusan MK. Pasalnya tidak mungkin ada rekonsiliasi terhadap dua hal yang bertolak belakang.

“Gak perlu rekonsiliasi, karena tidak mungkin ada rekonsiliasi antara minyak dengan air,” ujarnya.

Baca Juga:  Kapolres Sumenep dan Bhayangkari Cabang Sumenep Berbagi Dukungan untuk Anak Yatim di Bulan Ramadan

Kalau begitu apa yang perlu dilakukan ke depan? Tanya Rocky Gerung. Ia menjawab, “Terima itu sebagai fakta pelajaran demokrasi,” jelasnya.

“Karena sejarah tidak selalu menulis pemenang. Sejarah yang baik adalah sejarah yang menulis kecurangan. Sejarah yang baik bukan menghafal nama nama pahlawan tapi menghapal nama nama pengkhianat. Dari situ kita belajar,” tegasnya.

Pewarta: Romandhon

Related Posts

1 of 3,050