KhazanahPeristiwa

Rekam Jejak Masuk dan Perkembangnya Hizbut Tahrir di Indonesia

NUSANTARANEWS.CO – Masuknya ideologi Hizbut Tahrir ke Indonesia diperkirakan telah terjadi sejak tahun 1980. Hal ini dibenarkan oleh cendekiawan muslim Indonesia, Zuhairi Misrawi (10/7) yang memaparkan bahwa masuknya gerakan Hizbut Tahrir ke Indonesia berlangsung cukup lama, sekitar medio 1980an.

“HTI sudah tumbuh sejak tahun 2000. Bahkan sejak tahun 1983an sampai 1984an. HTI dibawa oleh orang Yordania, yang berkembang hingga sekarang,” ujar Zuhairi.

Saat itu Abdurrahman al-Bagdhadi seorang warga negara Australia keturunan Arab, atas bantuan KH Abdullah bin Nuh, pendiri pesantren Al-Ghazali Bogor mengajaknya tinggal di Indonesia. Saat itu ia mulai melakukan safari dakwah dan memperkenalkan Hizbut Tahrir ke berbagai pesantren dan kampus-kampus di Indonesia.

Kurniawan Abdullah dalam tesisnya berjudul Gerakan Politik Islam Ekstraparlementer Studi Kasus Hizbut Tahrir menjelaskan, berawal dengan menggandeng aktivis masjid Al-Ghifari, IPB Bogor, dibentuklah sebuah halaqah-halaqah untuk mengeksplorasi gagasan Hizbut Tahrir. Gerakan ini terus berjalan massif, hingga hingga kini yang telah tersebar dihampir semua kota di seluruh Indonesia.

Baca Juga:  Banyaknya Hoax Gempa Tuban, Ini Pesan Khofifah

Dirinya menyebutkan bahwa pada pertengahan tahun 1990-an, ide-ide Hizbut Tharir mulai menyebar ke berbagai lapisan masyarakat. Baik melalui dakwah para kader di masjid, perkantoran, pabrik dan perumahan. Ia juga melakukan gerakan melalui dunia literasi, yakni dengan membuat penerbitan buku-buku Islami, buletin Al-Islam dan majalah bulanan bernama al-Wa’ie.

Gelar Konferensi Internasional Khilafah

Memasuki era Reformasi, memontum terbuka lebar bagi kelompok ini. Ia masuk dan melegalkan gerakannya. Salah satu gerakan besar yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah di era presiden Megawati.  Dimana pada tahun 2002, mereka sukses menggelar Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah untuk kali pertama di Senayan, Jakarta.

Tidak kurang dari 5000 orang menghadiri acara tersebut. Sukses tersebut berlanjut dengan kegiatan aksi demo menentang penyerangan AS kepada Afganistan. Gerakan HTI semakin menjadi-jadi ketika berhasil menggelar long-march yang diikuti 12.000 kader dan simpatisan pada Sidang Tahunan MPR 2002, menuntut penerapan syariat Islam.

Kemudian, pada 29 Februari 2004, Hizbut Tahrir kembali menggelar long-march dari Monas ke Bundaran Hotel Indonesia dengan melibatkan 20.000 anggota dengan agenda penegakan syariat Islam dan Khilafah.

Baca Juga:  Diduga Pengemudi Mabuk, Mobil Avanza Seruduk Warung Bakso, Satu Orang Meninggal

Baca: Mengenal Taqiyuddin an-Nabhani, Sosok Pendiri Hizbut Tahrir

Sejak diselenggarakannya konferensi internasional di Istora Senayan tahun 2002 yang dihadiri Hizbut Tahrir Internasional dan Nasional, serta tokoh-tokoh Islam dari organisasi lain, HTI resmi melakukan aktifitasnya di Indonesia secara terbuka. Lahirnya Hizbut Tahrir di Indonesia langsung memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam. Untuk kepengurusan Hizbut Tahrir Indonesia dalam lingkup nasional, humas HTI secara resmi dipegang penuh oleh Ismail Yusanto.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts