Sosok

Rekam Jejak Irjen Anton Charliyan Perangi Intoleransi

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebagai salah satu petinggi polisi, Irjen Pol Anton Charliyan terbilang satu-satunya jenderal yang konsisten dalam memerangi paham radikalisme dan intoleransi di Indonesia.

Bahkan semasa menjabat Polda Jabar, Jenderal bintang dua kelahiran Tasikmalaya ini telah menyatakan perang melawan radikalisme yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia. Ini telihat selama memimpin Polda Jabar, dirinya fokus pada isu-isu seputar radikalisme dan terorisme.

Sedari awal, Anton Charliyan memang memiliki ketertarikan tersendiri dengan isu radikalisme dan terorisme. Pasalnya, sebelum menjabat Polda Jabar, dirinya beberapa kali menangani kasus-kasus besar yang menyita perhatian dunia internasional.

Salah satu capaian tersuksesnya adalah saat dirinya dipercaya mengungkap kasus pembunuhan Marsinah. Seorang aktivis buruh di Jawa Timur yang meninggal secara misterius. Layaknya memiliki bakat alami, kasus kematian Marsinah yang terkatung-katung selama bertahun-tahun berhasil ia bongkar.

Selain kasus Marsinah, jenderal yang pernah menjadi Polda Sulsel itu juga dipercaya mengungkap kasus pembunuhan terhadap aktivis HAM Munir. Berbekal sederat pengalaman itulah yang kemudian mendorongnya untuk komitmen dalam melawan berbagai ketidak adilan dan radikalimse di Indonesia.

Rekam jejaknya dalam memerangi intoleransi di Jawa Barat terbilang tak main-main. Selain melakukan penggerebekan, dirinya juga selalu intens melakukan sosialisasi radikalisme, intoleransi dan terorisme secara massif ke masyarakat. Bersama masyarakat Kabupaten Kuningan misalnya, Anton Charliyan mendeklarasikan perlawanan terhadap radikalisme.

Ini menyusul teror bom Cicendo, Bandung, pada 26 Februari 2017 lalu. Dimana insiden pelaku teror bom panci berhasil diciduk. Bahkan dirinya ikut turun langsung ke lapangan dalam proses penangkapan tersebut.

Tak berhenti disitu, perlawanan Anton Charliyan dalam memerangi paham radikal berlanjut. Kali ini dirinya mengumpulkan para ulama se-Jabar untuk bersama-sama berperang melawan radikalisme. Sementara itu, gagasannya mengenai Sawala Kebangsaan Indonesian National Spirit di Tatar Sunda pada 21 Juli 2017, sukses mendorong 900 santri se-Jabar menyatakan jihad melawan intoleransi dan terorisme.

Selain merangkul kalangan dari ulama dan santri, Anton juga menggandeng jajaran LSM se-Jabar. Terbaru pada 22 Agustus 2017 lalu, dirinya menyasar akademisi. Dimana sejumlah petinggi perguruan tinggi negeri dan swasta se-Jawa Barat dikumpulkan untuk memerangi gerakan paham radikal di lingkungan civitas akademis. Dirinya juga aktif memberikan kuliah umum akan bahaya laten radikalisme di beberapa kampus.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 5