Politik

Refleksi HUT PDIP ke-47: Bung Karno, Megawati dan Marhaenisme Satu Kekuatan Kemenangan PDIP di Indonesia

PDI Perjuangan menang dua kali berturut-turut pemilu. Foto: Net
PDI Perjuangan menang dua kali berturut-turut pemilu. Foto: Net

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Pemikiran founding father Bung Karno tentang marhaenisme merupakan salah satu pemikiran yang menjadi landasan PDI Perjuangan menjadi berkembang dan besar di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

“Marhaenisme bertujuan untuk menghilangkan penghisapan, penindasan, pemerasan dan penganiayaan dan berupaya mencapai serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, melalui kemerdekaan nasional, demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Konsep Marhaenisme tersebut telah ditekankan oleh bu Mega selama memimpin PDIP,” ungkap anggota DPRD Jatim dari FPDIP Heri Setiawan saat mengawali wawacara refleksi hari HUT PDIP ke 47 di Surabaya, Jumat (10/1/2020) dini hari.

Pria yang juga ketua aktivis petani ini dengan melihat sejarah panjang PDIP dalam berkiprah di dunia politik Indonesia, sosok Megawati Soekarnoputri merupakan tokoh wanita di Indonesia yang merupakan pengejawantahan dari Bung Karno.

“Saya sebagai pengagum bung Karno, sangat kagum dengan pemikiran bu Mega yang saya nilai telah berhasil membawa PDIP ke puncaknya,” katanya.

Baca Juga:  Pleno Perolehan Suara Caleg DPRD Kabupaten Nunukan, Ini Nama Yang Lolos Menempati Kursi Dewan

Dalam  pandangannya ketika memimpin PDIP, sambung pria kelahiran 84 ini, Megawati telah menerapkan salah satu semangat  marhaenisme untuk mengendalikan kendaraan politik yang dinamakan PDIP.

“Ada beberapa regulai kebijakan PDIP yang dikeluarkan bu Mega dalam menyikapi perpolitikan Indonesia  yang secara tak langsung merupakan representasi konsep Marhaenisme,” jelas pria asli Kediri ini.

Heri lalu menyebut konsep-konsep marhaenisme yang menjadi pemikiran besar di PDIP yang telah dijalankan Megawati Soekarnoputri antara lain optimalisasi pembangunan infrastruktur pendukung (infrastruktur pedesaan, pengadaan teknologi dan mesin canggih), edukasi produksi (pelatihan dan pemantauan produksi, kesediaan pasar yang jelas), produksi lokal yang diutamakan, harga bahan baku murah, pemerataan distribusi pendapatan.

“Dan saya sebagai kader PDIP yang memulai karir politik saya dari bawah pemikiran-pemikiran Marhaenisme menjadi corak pemikiran Bu Mega tak hanya saat menjadi orang nomor satu di republik ini, juga ketika memimpin PDIP sampai sekarang,” ujarnya.

“Beliau memerintahkan dan selalu menekankan kepada Fraksi PDIP mulai pusat hingga daerah selalu memperjuangkan optimalisasi pembangunan Infrastruktur pendukung (infrastruktur pedesaan, pengadaan teknologi dan mesin canggih), edukasi produksi (pelatihan dan pemantauan produksi, kesediaan pasar yang jelas), Produksi lokal yang diutamakan, harga bahan baku murah, pemerataan distribusi pendapatan yang kesemuanya adalah pemikiran-pemikiran marhaenisme yang telah dilahirkan oleh Bung Karno,” tutup Heri.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Resmikan Pemanfaatan Sumur Bor

Pewarta: Setya W

Related Posts

1 of 13