Politik

Ramadhan dan Politik di Mana Korelasinya?

ramadhan, bulan ramadhan, bulan puasa, politik puasa, ibadah ramadhan, pencitraan, politik pencitraan
Ilustrasi. (Foto: Ist)

NUSANTARANEWS.CO – Ramadhan yang mulia kembali menyapa. Setiap hamba pasti menyambut bulan mulia ini denga suka cita. Obral pahala pun mengalir di bulan suci. Inilah momen bagi setiap mukmin untuk mendekatkan diri pada Sang Ilahi. Bulan yang tepat untuk memperbaiki diri dan keadaan. Diri yang semula jauh dari ibadah menjadi rajin beribadah. Keadaan buruk pun bisa menjadi baik tatkala mampu memanfaatkan kesempatan di bulan suci dengan menebar kebaikan. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bergembira dalam menyambut bulan Ramadhan, maka Allah akan haramkan tubuhnya dari api neraka.” (HR. Baihaqi).

Sebagai hamba, tentu bulan ramadhan adalah tamu istimewa. Betapa tidak, Allah berikan seluruh kemuliaan dan pahala berlipat ganda bagi orang yang menjalankan ibadah di bulan ini. Mengingat ramadhan kali ini bertepatan dengan tahun politik, tentu momen baik ini akan dimanfaatkan betul bagi paslon-paslon yang bertarung di pilkada serentak. Sebelum ramadhan saja mereka sudah melakukan kampanye politik ke berbagai tempat dengan beragam kegiatan serta program yang memikat. Tentu kita tak ingin berprasangka kepada siapa saja yang melakukan kebaikan di bulan suci. Namun, ada hal yang harus diwaspadai tatkala paslon maupun parpol menjadikan ramadhan sebagai ajang menarik hati dan simpati rakyat.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan OPD Berburu Takjil di Bazar Ramadhan

Pertama, berhati-hati dalam bertutur kata. Artinya, setiap paslon yang memanfaatkan bulan suci harusnya tahu diri untuk tidak berlebihan mengumbar janji-janji politik yang nantinya tak bisa dipenuhi. Bila janji itu sekedar pemanis bibir agar rakyat bersimpati, tentu ibadah puasa yang dijalaninya menjadi nihil karena berbalut kepentingan yang belum tentu mampu diwujudkan.

Kedua, mawas diri dalam bersikap. Bulan ramadhan adalah bulan dikabulkannya doa-doa serta ampunan dosa. Hal ini patut menjadi perenungan bagi siapa saja yang mencalonkan diri menjadi penguasa. Ingatlah, doa rakyat yang teraniaya dan terdzolimi oleh kebijakan yang tidak berpihak kepada mereka sangat makbul.

Ketiga, hindari politik pencitraan. Pencitraan menjadi hal yang harus dilakukan bila paslon ingin dikenal masyarakat secara luas. Maka pencitraan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya berbagi sembako, berbagi kegiatan sosial agar ia dikenal sosok yang peduli dengan rakyat dan lain-lain. Jadikan ramadhan sebagai perisai dari hasrat kepentingan dan kekuasaaan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak akan memperoleh (balasan) kecuali neraka dan lenyaplah apa (amal kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka lakukan.” (QS Huud: 15-16).

Baca Juga:  Ramadhan Berbagi, Pemdes Rombasan Santuni Anak Yatim dalam Peringatan Nuzulul Qur'an

Bulan ramadhan harusnya menjadi bahan koreksi dan evaluasi bagi penguasa maupun calon penguasa bagaimana kepemimpinan dan amanah yang sudah dan akan dijalaninya. Sudahkah memberikan pelayanan kepada rakyat yang menjadi tanggung jawabnya? Sudahkah kebijakannya sesuai dengan mandat rakyat yang diberikan kepadanya?

Mampukah momen ramadhan ini menjadikan setiap pemimpin maupun calon pemimpin semakin beriman dan bertaqwa di hadapan Allah SWT? Ingatlah, Allah tak pernah bisa ditipu daya. Niat sebesar biji sawi pun akan terlihat di mata Allah SWT. Mari jadikan bulan penuh berkah ini sebagai upaya menjadi manusia yang takut dan tunduk dengan syariatNya. Menjalankan ketaatan tak sekedar seremonial tahunan, namun dalam setiap nafas kehidupan. Seperti itulah gambaran muslim kaffah, bukan sekuler yang imannya setengah-setengah.

Penulis: Chusnatul Jannah, Aktivis Lingkar Studi Perempuan Peradaban

Related Posts

1 of 13