Politik

Rakyat Dinilai Sudah Tidak Percaya Dengan Omongan Agum Gumelar

Agum Gumelar. (FOTO: Istimewa/Detik)
Agum Gumelar. (FOTO: Istimewa/Detik)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Politisi Partai Gerindra Arief Poyuono menilai rakyat sudah tidak percaya lagi dengan omongan Agum Gumelar yang menyudutkan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto terkait isu penculikan aktivis 98.

“Rakyat udah cerdas dan tahu semua, kalau Agum Gumelar ngomong penculikan aktivis cuma untuk kepentingan kampanye hitam yang diarahkan pada Prabowo,” kata Arief Poyu dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/3/2019).

Menurut Arief, pernyataan Agum Gumelar sebagai indikasi kekhawatiran dari pihak 01 yang ia anggap gelisah akan kekalahan dalam pilpres, April mendatang.

“Sudah banyak jendral Jendral pensiunan yang jadi kaki tangan Joko Widodo. Sudah pada ketar ketir dengan kekalahan Joko Widodo di Pilpres 2019 ya,” sambungnya.

Jadi lanjut dia, segala cara dilakukan untuk bisa melemahkan dan membatalkan kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden, Prabowo-Sandiaga Uno.

“Tapi ingat ya, Gusti Allah ora sare (tidak tidur),” ujarnya.

Baginya, sudah cukup kelompok sebelah melakukan penzoliman terhadap Prabowo, hingga melakukan politik pecah belah di keluarga Besar TNI dengan isu isu penculikan aktivis 98.

Baca Juga:  Silaturrahim Kebangsaan di Hambalang, Khofifah Sebut Jatim Jantung Kemenangan Prabowo-Gibran

“Ingat Jendral, siapa menabur, dia akan menuai. Semua ada harga yang harus Jendral bayar ya,” tegasnya.

Arief bahkan menantang Agum Gumelar untuk tidak omong besar. Menurut dia, kalau memang Agum Gumelar tahu benar dan memiliki bukti valid tentang penculikan aktivis 98 silahkan dibuka sekarang.

“Saya kasi waktu kalau dalam waktu 3×24 jam Agum Gumelar tidak mau membeberkan bukti-bukti penculikan aktivis 98, kita laporkan Agum Gumelar ke Polisi karena bikin berita hoaks terus ya,” tandasnya.

Sebelumnya, dalam video yang beredar, Agum Gumelar awalnya menjelaskan mengenai struktur anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang diisi oleh perwira TNI bintang tiga. Agum dan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), masuk anggota DKP tersebut.

Agum, yang juga mantan Danjen Kopassus, mengaku mengetahui korban penculikan 1998. Informasi itu didapatnya dari mantan anak buahnya yang berdinas di Kopassus.

“Tim Mawar yang melakukan penculikan itu, bekas anak buah saya semua dong. Saya juga pendekatan dari hati ke hati kepada mereka, di luar kerja DKP. Karena mereka bekas anak buah saya dong. Di sinilah saya tahu bagaimana matinya orang-orang itu, di mana dibuangnya, saya tahu betul,” kata Agum.

Baca Juga:  Berikut Nama Caleg Diprediksi Lolos DPRD Sumenep, PDIP dan PKB Unggul

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Agum menyebut Prabowo terbukti bersalah melakukan pelanggaran HAM berat. DKP kemudian merekomendasikan kepada Panglima TNI untuk memberhentikan Prabowo dari dinas militer. Keputusan itu, menurut Agum, ditandatangani oleh semua anggota DKP, termasuk SBY.

“Jadi DKP dengan hasil temuan seperti ini merekomendasikan kepada Panglima TNI. Rekomendasinya apa? Dengan kesalahan terbukti, yang direkomendasikan supaya yang bersangkutan diberhentikan dari dinas militer,” ujarnya.

Pewarta: Romadhon

Related Posts

1 of 3,071