Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch
RAHIM
Menetes sebening embun
Menetas menjadi badai
Rahim waktu memecah cahaya
Awal dan akhir bertemu
Menyalakan api Mandalacakra
Hanya cinta yang sanggup melepaskan kepergian waktu
Hanya jiwa yang tabah menahan gelombang ganas pahit empedu
Di balik senyap
Rahim Ibu melahirkan nafas cahaya
Menyembuhkan jutaan perih yang mencakar dada
Kembalilah menjadi lempung atau debu
Jika kemuliaan tak lagi menjadi mahkota
Saat kebencian menjelma cakar serigala
Kembalilah menjadi manusia
Yang lebih permata dari permata
Sebab hidup tanpa sembah hanyalah sampah
Sebab lempung dan patung bukanlah berhala
(Gus Nas, Desa Kebangsaan, 2017)
BUMI
Asal muasal segala sesal
Bumi menyimpan semesta nyeri
Bersucilah dengan air mata langit
Berendamlah di kedalaman mata air tujuh samudera
Kesabaran Ibu akan mengharu-biru getir hatimu
Berguru pada bumi
Kutemukan kembali suara tangis bayi di lubuk hati
Tak retak walau terinjak
Tak marah walau ludah tertumpah
Bumi tak punya kamus bernama kebencian dan sakit hati
Simaklah bening embun di ujung daun
Bumi yang mengajarkan ketabahan dan rasa syukur
Yang merayakan hujan agar sawah dan kebun menjadi subur
Hanya kepada bumi kusemayamkan makrifat diri
Agar duri tak lagi menari di ulu hati
Sebab di penghujung bulan ini
Ada titik-temu antara Desember dan Januari
Antara cinta dan kebeningan hati
(Gus Nas, Desa Kebangsaan, 2017)