Rabbi-Rabbi Israel Nyatakan Pohon Natal Haram

Pohon Natal/Foto Ilustrasi/IST

Pohon Natal/Foto Ilustrasi/IST

NUSANTARANEWS.CO – Umat Kristen telah berkumpul di Bethlehem, Yerusalem, untuk merayakan kelahiran Yesus atau Hari Natal yang jatuh pada Minggu (25/12/2016). Namun, para rabbi di Israel mengumumkan “perang” melawan pohon Natal dengan menyatakannya sebagai hal yang haram.

Menurut laporan kantor berita Al Jazeera, di Yerusalem para rabbi telah mengeluarkan surat peringatan terhadap puluhan hotel di kota itu bahwa pohon Natal haram atau dilarang oleh hukum agama Yahudi. Banyak pemilik hotel takut para rabbi itu melaksanakan ancamannya untuk merusak bisnis dengan menolak mengeluarkan sertifikat halal untuk usaha mereka.

Di kota pesisir Haifa, Israel utara, para rabbi di Universitas Techinon—universitas teknologi terkemuka Israel—juga bersikap serupa. Elad Dokow, rabbi di Universitas Technion, memerintahkan para mahasiswa Yahudi memboikot serikat mahasiswa setelah serikat itu untuk pertama kalinya membuat pohon Natal yang sederhana.

Dokow menyebut pohon sebagai ‘penyembahan berhala’. “Pohon itu melanggar status halal untuk bangunan,” ujar Dokow seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu(24/12/2016).

Di wilayah Palestina dan Israel ada sekitar 130 ribu warga Kristen. Kebanyakan dari mereka tinggal di Galilea. Ada juga warga Kristen Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel di Yerusalem Timur.

”Ini bukan tentang kebebasan beribadah. Ini adalah negara Yahudi di dunia. Dan memiliki peran untuk menjadi ‘penjelas bagi bangsa-bangsa’ dan tidak untuk tidak kritis merangkul setiap ide,” kata Dokow, yang juga mahasiswa dari Universitas Technion.

Rabea Mahajni, 24, seorang mahasiswa teknik elektro, mengatakan bahwa menempatkan pohon Natal di serikat didukung oleh mahasiswa Palestina. Tapi, terjadi perbedaan pendapat di antara mahasiswa Yahudi dan staf universitas. Mayoritas, kata dia, menentang keputusan tersebut.

”Salah satu profesor marah pada mahasiswa (Palestina), dengan menyampaikan di lamanFacebook untuk mengatakan bahwa pohon itu membuatnya tidak nyaman, dan bahwa mereka yang menginginkannya harus menempatkannya di rumah mereka sendiri atau pergi ke Eropa,” kata Rabea Mahajni. (Andika)

Exit mobile version