Politik

Putri Sulung Gus Dur Bicara Soal Reformasi Sosial

NUSANTARANEWS.CO – Putri sulung Abdurrachman Wahid (Gus Dur) Alissa Wahid mengatakan Indonesia dibangun atas keragaman. Untuk itu toleransi pun harus diwujudkan, meski saat ini kaum mayoritas masih mendominasi. Menurutnya, Masyoritanisme merupakan penghambat keberagaman di Indonesia.

Hal demikian disampaikan dalam diskusi ‘Sarasehan Desa’ gagasan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

“Ada hal yaitu mayoritanisme itu menghambat keberagaman yang ada di Indonesia. Ini mengakibatkan banyak tindak intoleranisme di sekitar kita terjadi,” kata Alissa, Senin (9/1/2017).

Menurut Alissa, jika mayoritanisme tersebut semakin kuat akan berakibat pada cara pandang terhadap kolompok minoritas.

“Kalau mayoritanisme menguat, akibatnya kelompok mayoritas akan mengharapkan hak-hak lebih dan memandang kelompok lain yang minoritas mempunyai hak yang lebih rendah. Akibatnya hak-hak konstitusi tidak terjamin. Ini yang berbahaya,” jelas Alissa.

Selain itu, Alissa juga mendorong agar pemerintah pusat memiliki desain kuat untuk mewujudkan toleransi di Indonesia. Sebab, kata dia, intoleransi di daerah-daerah kerap terjadi karena ada penguasa-penguasa tertentu yang memaksakan kehendak.

Baca Juga:  Gibran Rakabuming Didaulat sebagai Ki Sunda Utama oleh Abah Anton Charliyan di Padepokan Abah Umuh Sumedang

“Di beberapa daerah pemaksaan intoleransi terjadi karena ada raja-raja kecil di daerah. Kalau tidak ada grand design dari pemerintah pusat untuk mengatasi ini semua, maka akan gawat,” ujarnya.

Karena itu, Alissa menyarankan, reformasi sosial harus dilakukan. Apabila hal itu dapat diwujudkan, dia yakin hak konstitusi setiap warga negara tidak akan dilanggar. “Reformasi sosial harus dilakukan. Pemerintah harus membangun pondasi kuat di berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya. (red-02)

Related Posts

1 of 11