Politik

Punya Elektabilitas Cukup, Sejumlah Nama Tersohor Gagal Jadi Cawapres 2019

elektabilitas cawapres, calon wakil presiden, cawapres lembaga survei, cawapres kandas, cawapres 2019, capres 2019, nusantaranews
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2019, Prabowo Subianto-Sandiaga Solahuddin Uno dan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. (Foto: Istimewa/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menjelang akhir 2017 dan awal 2018, sejumlah lembaga survei ramai-ramai mengukur elektabilitas calon wakil presiden (cawapres) yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden 2019. Sejumlah nama tenar tampak bersaing ketat memperebutkan posisi cawapres baik sebagai pendamping Joko Widodo maupun Prabowo Subianto.

Kendati punya elektabilitas cukup menjanjikan, nyatanya gagal mengantarkan mereka untuk bertarung di Pilpres 2019.

Lembaga survei Poltracking Indonesia awal 2018 lalu menempatkan Gatot Nurmantyo sebagai kandidat cawapres potensial karena memiliki elektabilitas sebesar 16,4 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono sebesar 16,0 persen. Ada pula Sri Mulyani Indrawati yang punya elektablitas 4,3 persen dan Budi Gunawan 2,3 persen.

Survei Indobarometer menempatkan Agus Harimurti Yudhoyono dengan angka 17,1 persen, Gatot Nurmantyo 15.9 persen, Ridwan Kamil 9.5 persen dan Moeldoko 3.0 persen.

Kemudian, survei LSI Denny JA menyebutkan dari segi pemimpin parpol Airlangga Hartarto (Ketum Golkar) punya elektabilitas sebesar 36,7 persen, Ketum PKB Muhaimin Iskandar 21,5 persen dan Romahurmuziy 16,0 persen.

Baca Juga:  Gibran Rakabuming Didaulat sebagai Ki Sunda Utama oleh Abah Anton Charliyan di Padepokan Abah Umuh Sumedang

Dari segi ekonomi, LSI Denny JA menempatkan Sri Mulyani memiliki elektabilitas sebesar 32,5 persen disusul Susi Pudjiastuti 24,6 persen dan Chairul Tanjung 17,0 persen. Dari segi pertahanan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di posisi teratas dengan angka 32,6 persen, Mantan Panglima TNI Moeldoko 29,0 persen dan Menkopolhukam Wiranto sebesar 25,7 persen.

Dari aspek tokoh atau pemuka agama Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin berada di posisi teratas dengan 21,0 persen, tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin 17,2 persen, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang 12,3 persen dan Mantan Ketua MK Mahfud MD 9,5 persen.

Namun, Joko Widodo akhirnya memilih KH Ma’ruf Amin sebagai pendampingnya yang diumumkan pada 9 Agustus 2018 lalu. Dengan kata lain, Joko Widodo cenderung memilih pendampingnya yang berlatarbelakang seorang pemuka agama sekaligus menafikan berbagai aspek lainnya seperti ekonomi, politik dan pertahanan.

Selanjutnya survei lain datang dari Indonesia Development Monitoring (IDM) yang menyebutkan Budi Gunawan punya elektabilitas sebesar 12,6 persen, Muhaimin Iskandar 11,8 persen, Puan Maharani 9,6 persen, Airlangga Hartarto 8,7 persen, Anies Baswedan 7,9 persen dan Ahmad Heryawan 7,8 persen.

Baca Juga:  Kawal Suara Prabowo-Gibran di TPS, Projo Jatim Siapkan 250 Ribu Kader

Terakhir, Surabaya Survei Center (SSC) menyebut Agus Harimurti Yudhoyono memiliki elektabilitas sebesar 10, 2 persen. Bahkan sejumlah lembaga survei menyebut elektabilitas Prabowo Subianto akan mengalami kenaikan bila menggandeng Anies Baswedan sebagai pendamping pada Pilpres 2019.

Namun kenyataannya, Prabowo Subianto ternyata lebih memilih seorang anak muda potensial bernama Sandiaga Solahuddin Uno sebagai pendamping dirinya setelah mengetahui Joko Widodo memilih pendamping dari kalangan ulama. Jokowi membutuhkan itu karena sepanjang periode pertama kepemimpiannya kerap mencium aroma tak sedap lantaran dipandang anti Islam.

Selain itu, KH Ma’ruf Amin juga dipandang untuk membantu Jokowi soal pengelolaan isu-isu umat dan kebangsaan. Dan andai Prabowo juga memilih pendampingnya dari kalangan ulama, tentu akan menjadi preseden buruk bagi pelaksanaan Pilpres. (bya/alya/myp)

Editor: Banyu Asqalani & Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,052